Archive | May, 2012

Listen To Me [Part 1]

20 May

Aku dan Heechul oppa pun berhenti di depan sebuah restoran yang terdesign baik. Hampir seharian ini aku habiskan waktuku bersama Heechul oppa di taman bermain. Dan sekarang perut kami sudah mulai merengek minta diisi. Heechul oppa pun mengajakku masuk ke dalam restoran.

“Oppa, apa tidak apa-apa kita makan disini? Sepertinya restoran ini sangat mahal.” Bisikku agak cemas.

Bukan apa-apa, aku hanya tidak ingin membuang-buang uang hanya untuk makan makanan mewah. Dan lagi aku tidak terbiasa makan dengan posisi yang bisa membuat badan pegal-pegal.

“Tidak apa. Ini restoran milik temanku. Ayo masuk!” Ajaknya.

Saat memasuki restoran kami pun disambut dengan hangat. Dan seorang dengan pakaian rapih yang bertuliskan kata Owner di dadanya terlihat agak kaget dan menghampiri kami.

“Heechul hyung!” Katanya kepada Heechul oppa.

“Ya! Yesung-shi, kau ada disini?” Kata Heechul oppa kaget.

“Ya, aku sedang memantau restoranku.” Jawabnya.

“Hei, siapa dia?” Tanya owner itu sambil melirikku.

“Ahh, kenalkan dia orang yg waktu itu ku ceritakan.” Jawabnya sambil memperkenalkanku.

Aku tak tau apa yang dia bicarakan tentangku pada orang ini. Aku harap dia membicarakan yang baik-baik tentangku. Karena kalau sampai dia membicarakan kejelekanku kepada orang lain, maka akan ku pastikan dia tak akan selamat.

“Oh, araeseo. Yesung, sahabat orang aneh ini.” Dia memperkenalkan dirinya sambil melemparkan senyum jahilnya pada Heechul oppa.

“Ya!!” Protes Heechul oppa tiba-tiba.

“A….” Belum sempat memperkenalkan diri, Heechul oppa sudah memotong.

“Sudah, kau cari tempat duduk dulu. Aku ada perlu dengan orang aneh ini.” Heechul oppa memutar badanku dan mendorongku menjauhi mereka.

“Hei, dia bahkan belum menyebutkan namanya.” Protes Yesung oppa.

“Sudah, nanti saja. Sana, cari tempat yang bagus!” Kata Heechul oppa sambil memberiku tanda untuk segera pergi.

“Aish~ kenapa sih dia?” Gerutuku sambil mencari meja yang kosong.

Tapi, hari ini sangat menyenangkan. Tidak biasanya dia membawaku jalan-jalan seharian. Nyatanya dia begitu sibuk, sampai-sampai untuk bertemu dengannya saja harus membuat janji. Apa-apaan itu? Tapi, itu tak penting lagi bagiku. Seharian ini kami sudah bersama. Membayangkannya saja membuatku tak bisa berhenti tersenyum.

Senyumku masih merekah karena memikirkan kebersamaanku dengan Heechul oppa tadi hingga terdengar suara seseorang memecahkan lamunanku.

“Kakak?” Seorang pria dengan setelan jas hitam menyapaku dengan akrab.

“Kyu! Sedang apa kau disini?” Tanyaku heran.

Kyuhyun adalah adik kelasku di SMA. Aku dan Kyu aktif di OSIS. Setelah aku lulus SMA hubunganku dan teman-teman SMA serta adik kelasku, termasuk Kyu, menjadi renggang. Tepatnya sudah setahun kami tidak berhubungan sama sekali. Apalagi melihat kebiasaan anak ini yang terus mengganti nomor teleponnya. Ini adalah pertama kalinya kami bertemu lagi sejak saat itu.

“Aku baru saja selesai makan. Kakak sendiri sedang apa?” Tanyanya sambil menarik bangku dan duduk didepanku.

“Kau pikir aku sedang apa, heh?” Jawabku agak sewot.

Hubunganku dengannya memang bisa dibilang dekat. Disekolah dulu, dia termasuk anak yang paling usil. Jadi melihat mukanya saja, rasanya aku ingin berdebat dengannya.

“Lama tak bertemu, kenapa tidak ada kabar?” Tanyanya.

“Akhir-akhir ini jadwalku padat, hahaa…” Jawabku asal.

“Hei! Lihat tubuhmu, kenapa jadi begitu gemuk?” Katanya sambil menampakkan senyum evilnya.

“Berisik! Coba lihat tubuhmu sendiri, kenapa begitu kurus?” Balasku tidak mau kalah.

“Wah… Ini kan kerenamu.” Jawabnya.

“Apa? Kenapa melimpahkan kesalahan padaku?” Tanyaku jengkel.

“Apa kau lupa? Ahh, apa kau ingin aku mengulanginya?” Katanya kembali menggodaku.

“Wah, sepertinya aku lupa. Sudahlah, itu kan sudah lama sekali.” Kataku, berusaha tidak membicarakan kejadian itu.

“Tapi, aku masih menunggu jawabanmu.” Katanya, terus mendesakku.

“Jawaban apa?” Tanya Heechul yang muncul dari belakangku. Sepertinya dia mendengar pembicaraan kami.

“Oppa? Sudah pesan?” Kataku mengalihkan pembicaraan.

“Siapa dia?” Tanya Heechul dengan agak sinis.

“Ahh, dia adik kelasku. Namanya Kyu.” Aku memperkenalkan Kyu padanya.

“Hai!” Sapa Kyu.

“Kyu, dia Heechul oppa.” Kataku pada Kyu.

Entah kenapa suasana jadi hening. Sepertinya mereka saling menatap. Aku sampai bingung harus bagaimana mencairkan suasana ini.

“Kyu, apa kau mau bergabung?” Tanyaku memecah kesunyian.

“Ahh, aku rasa aku harus pulang cepat. Lain kali saja kita teruskan, kak.” Kata Kyu sambil berdiri dari duduknya.

“Kau buru-buru?” Tanyaku.

“Oia, minta nomormu saja kak.” Tambahnya.

“Aku tak pernah ganti nomor. Tidak seperti seseorang.” Ejekku.

“Ahh, baiklah. Nanti ku telpon ya!” Katanya sambil lalu pergi.

“Huhh, dasar seenaknya!” Kataku melihat tingkahnya.

Kyuhun pun menjauh meninggalkan kami berdua. Saat ini perutku sudah mulai mengamuk, tapi makanan belum juga datang.

“Oppa, kau pesan apa tadi? Kenapa belum datang juga? Aku lapaar~” Tanyaku sambil memegang perutku yang kosong.

“Kita pulang saja!” Katanya ketus.

“Hah??” Aku tidak percaya dan berharap salah dengar.

Heechul oppa mengambil beberapa lembar uang dan diletakkannya di meja. Kemudian dia pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Aku yang panik segera mengambil tas dan menghampirinya. Bahkan dia tidak berpamitan dulu dengan sahabatnya. Aku hanya sempat menunduk dari jauh untuk berpamitan dengan Yesung oppa. Aku berusaha mengejarnya dan menyamakan langkahku dengannya.

“Oppa? Ada apa?” Tanyaku sambil mengatur nafasku yang terengah-engah.

Heechul oppa hanya diam dan tetap berjalan.

“Apa kau tidak enak badan?” Tanyaku khawatir.

“Sudahlah, kita pulang saja.” Jawabnya singkat.

“Apa kau lelah?” Tanyaku sekali lagi.

Kali ini dia tidak menjawabnya.

“Baiklah…” Kataku sambil tetap menyamakan langkah kakinya yang berjalan agak cepat.

Aku masih bingung apa yang sedang terjadi. Mungkin dia begitu lelah dan aku tak mungkin memaksanya. Seperti yang sudah kukatakan, seharian ini kami bermain dan kurasa dia pasti lelah. Tapi perutku sakit sekali, aku merasa sangat lapar. Apa dia tidak lapar? Terpaksa aku harus menunggu sampai di rumah.

Kruuuk…..krukk..

Aku berjalan agak pelan, berharap dia tidak mendengar suara perutku. Tapi suaranya begitu kencang dan suasananya sangat hening. Dia berhenti tiba-tiba, aku yg berjalan dibelakang malah menabraknya.

“Aduuh.. Kenapa tiba-tiba… Apa oppa sakit?” Kataku mendadak berantakan.

“Itu suara perutmu?” Tanyanya.

“Hmm, perut siapa? Apa bukan suara burung?” Jawabku panik.

Kruuuk…krruuk..kruukk..

Perutku kembali berbunyi dan aku tak bisa menyembunyikan itu. Jangankan burung, tikus pun tak nampak saat itu.

“Ahh, bunyi perutku ternyata.” Jawabku sambil tersenyum malu.

“Kau lapar?” Tanyanya sambil melihat perutku.

“Mungkin… Ahh, aku rasa begitu.” Aku tak bisa menyembunyikannya kalau aku benar-benar lapar.

“Dasar! Kita beli makanan dulu.” Ajaknya.

Kami pun pergi ke swalayan dan membeli beberapa bungkus mie instan. Kami lalu pergi ke rumah Heechul oppa. Dia bilang dia sedang sendiri, ayah dan ibunya sedang tidak ada di rumah. Mereka sedang berkunjung ke rumah neneknya dan tidak tahu kapan mereka akan pulang.

“Sini oppa, biar aku yang masak.” Sambil meminta kantong belanjaannya.

“Sudah, kau duduk saja yang manis!” Katanya sambil berjalan ke arah dapur.

“Memang kau bisa masak?” Ledekku.

“Hei, jangan meledekku ya!” katanya membela diri.

“Hei Oppa, apa kau meninggalkan masakan restoran itu hanya untuk mie instan ini?” Kataku heran sambil melihat mukanya yang terlihat agak bingung dan bolak-balik membaca petunjuknya.

“Jangan salah ya, masakanku lebih enak dari masakan di restoran mana pun.” Jawabnya dengan penuh percaya diri.

“Ahh, benarkah?” Kataku tidak percaya.

“Berisik! Bersihkan meja sana!” Katanya kesal.

“Iya.. iyaa..” Aku pun menuruti katanya.

Sambil membereskan meja, sesekali aku memperhatikannya. Wah, pemandangan apa ini? Heechul oppa memasak! Ini pemandangan yang sangat langka. Aku sempat mengambil beberapa fotonya. Dia terlihat begitu manis.

“Taraaa…. Ini dia mie buatan Heechul yg paling enak..” Sambil menghidangkan dua mangkok mie layaknya koki handal.

“Wah, sudah jadi. Aku benar-benar lapar…” Kataku tak sabar.

“Jangan lupa baca doa!” Heechul oppa mengingatkanku.

“Semoga makanan ini tidak beracun.” Kataku dengan cepat.

“Hei, doa macam apa itu!” Heechul oppa terkejut mendengar doaku.

“Hahaa, bercanda!” Sahutku sambil kemudian memejamkan mata dan berdoa.

“Nah, silahkan dimakan.” Katanya bangga.

“Oppa, apa ini? Lihat, mienya terlalu lembek!” Aku langsung mengomentari masakannya.

“Ahh, benarkah? Padahal hanya aku masak sebentar.” Katanya tidak percaya.

“Ahahaa, dasar! Lihat, ini seperti Legenda Sungai Han.” Ledekku yang melihat ekspresinya yang lucu.

“Ini kan pertama kalinya aku memasak.” Dia mencoba membela diri.

“Kau sama saja dengan Kyu! Dulu dia juga memasak seperti ini.” Kataku sambil tertawa kecil.

Heechul oppa diam dan suasananya tiba-tiba berubah. Dia segera berdiri dan pergi meninggalkan meja makan.

“Aku keluar dulu.” Katanya sambil menuju pintu.

“Kemana?” Tanyaku cepat.

“Beli makanan.” Jawabnya.

“Lalu ini bagaimana?” Tanyaku dengan suara yang lebih keras.

“Buang saja!” Katanya ketus.

Aku merasa bersalah telah mengejek-ejek masakannya. Dengan cepat aku mengejarnya sambil membawa mangkok berisi makananku yang masih panas.

“Oppa, tunggu dulu! Aku tidak perlu makanan lain, ini saja sudah cukup.” Kataku sambil berlari mengejarnya keluar.

“Sudahlah jangan memaksakan diri.” Katanya sambil tetap berjalan.

“Tidak, aku tidak ingin makanan lain. Ini saja… aduuh!” Belum selesai bicara mangkok yang kubawa hampir jatuh.

“Hei, berikan padaku. Ini masih panas, kenapa kau bawa-bawa keluar?” Katanya sambil mengambil mangkok panas yang kupegang.

“Habis, aku sangat lapar. Dan aku tidak ingin yang lain.” Rengekku kepada Heechul oppa

“Tapi…” Heechul oppa merasa tidak yakin.

“Rasanya tetap enak kok!” Tambahku.

“Yasudah, makanlah! Tapi jangan memaksakan diri!” Sekali lagi dia menurutiku.

“Tidak. Ini benar-benar enak!” aku meyakinkannya.

Kruukk..kruuuuuk.. kkkruk..

Suara itu tiba-tiba muncul saat aku mau menyendok mie yang ku bawa keluar.

“Oppa, kau lapar?” Tanyaku polos.

“Hmm…. Iya.” Jawabnya dengan muka memerah.

“Aku tak akan memberikannya padamu!” Kataku memberikan peringatan.

“Ya! Aku juga mau. Itu kan buatanku!” Jawabnya tidak mau kalah.

“Tapi kau sudah memberikannya padaku!” Kataku sambil tetap pada keputusanku.

“Berbagilah denganku!” Rengeknya.

“Tidak!!” Kataku mempermainkannya.

Akhirnya kami pun memakannya bersama-sama. Dalam sekejap, mie kami pun habis tak bersisa. Dan hari itu menjadi hari yang sangat membahagiakan untukku.

***

Tidak terasa sudah pagi. Tapi rasanya mataku sangat berat. Lagipula hari ini aku kan masuk siang, sepertinya aku masih bisa melanjutkan tidurku sebentar. Tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Ahh, aku tahu betul siapa yg  datang. Dia pasti Nita, teman sekelasku. Hari ini giliran dia yang menjemputku.

“Wah, coba lihat tuan putri kita yang satu ini. Dia masih tertidur di ranjang!” Ejek Nita saat melihatku masih bermalas-malasan di tempat tidur.

“Ahh, cepat sekali kau datang? Beri aku waktu lima menit, OK?” Kataku dengan suara berat.

Aku langsung menarik selimut dan membelakanginya. Dan dia pun segera mengambil selimutku.

“Cepat bangun!” Katanya kesal.

“Memang apa yang kau lakukan tadi malam? Seharian kemarin tak satu pun smsku kau balas!” Lanjutnya.

“Ahh Nita, kau tahu?” Kataku dengan semangat penuh dan langsung duduk menghadapnya. Nita pun sontak kaget dengan perubahanku yang begitu cepat.

“Seharian kemarin aku terus bersama Heechul! Sekarang pun aku masih tidak percaya itu terjadi.” Lanjutku sambil merekahkan senyum lebar.

“Wah, semangat sekali kau?” Decaknya heran.

“Kalau begitu cepat mandi sebelum kau kembali mengantuk!” Dia pun tak mau melewatkan kesempatan ini dan menyuruhku bersiap-siap sebelum aku merubah moodku.

“Ahh, baik… baik…” Jawabku malas.

Diperjalanan aku terus membicarakan kisahku dan Heechul oppa kemarin. Nita memang mengetahui kalau aku menyukai Heechul oppa. Jika aku bertemu Heechul oppa, dialah orang pertama yang aku ceritakan. Meskipun kadang dia bosan mendengar ceritaku tapi dia tetap bersedia mendengarkannya.

“Iya, kemarin itu dia sangat perhatian!” Kataku begitu senang.

“Putri, Selamat ya! Kita pasti dukung kamu kok!” Ucap Ami memecah lamunaku.

“Hahh?? Dukung apa? Aku gak lagi ikut kompetisi kok.” Kataku sedikit bingung.

“Loh, kamu kan jadi kandidat Ketua BEM!” Lanjutnya.

“Apa??” Kataku kaget.

“Iya, coba liat aja di madding.” Kata Ami sambil menunjuk kerumunan orang.

“Makasi ya, Mi!” Kataku cepat sambil lalu.

Aku segera pergi melihat mading yang sedang dikerumuni banyak orang. Dan disana benar tertempel foto dan biodataku sebagai kandidat Ketua BEM mendatang. Mereka yang berkumpul disana, semua memberiku selamat. Aku hanya bisa tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

Kandidat Ketua BEM kali ini ada tiga orang. Selain aku, ada dua orang yang lain, yaitu Sungmin dan Siwon. Sungmin adalah teman SMA ku. Aku tahu betul seperti apa sifatnya. Aku rasa dia layak menjadi Ketua BEM. Selain pintar dan rajin, dia memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Dan yang paling penting, dia sangat aktif di BEM.

Kandidat lainnya, yaitu Siwon. Dia terkenal di kalangan para wanita. Aku rasa dia hanya menjual tampang. Untuk masalah nilai dan kepedulian sosial, dia berada di bawahku. Tapi untuk masalah Fashion dan teknologi, tak ada yang mampu mengalahkannya.

Nah, dibanding mereka, aku sama sekali tidak ada kelebihan apapun. Paling yang bisa mendongkrak namaku adalah Leeteuk oppa. Ya, dia adalah kakakku yang sebelumnya berhasil menjadi Ketua BEM di kampus ini. Entah, harus bersyukur atau tidak.

“Nita, kayaknya kita mesti protes deh.” Aku mulai pembicaraan sambil berjalan ke arah kelas.

“Apa sih yang mereka pikirkan? Memasukkan namaku dalam tiga kandidat Ketua BEM?” Lanjutku tak percaya.

“Yaudah, untuk urusan dukungan kita minta tolong aja sama anak sekelas.” Timpal Nita.

“Ya! Bukan itu masalahnya!” Kataku kesal.

Seorang pria dari arah berlawanan dengan setelan kaos putih dan jeans biru dengan tas selempang menyela pembicaraanku dengan Nita.

“Wah, Senang sekali bisa bersaing dengan rival secantik ini.” Katanya sambil merebakan senyuman mautnya.

Pria ini adalah Siwon, kandidat Ketua BEM lain selain aku.

“Wah, Presidennya para wanita. Senang bisa bertemu disini.” Kataku yang juga menampilkan senyuman yang tak kalah manis darinya.

“Kau terlalu memuji. Kalau begitu aku harap kau dan temanmu bersedia mendukungku di pemilihan nanti.” Pintanya sambil menebar pesonanya di depan kami.

“Dengan senang hati, jika kau dan teman sekelasmu bersedia mendukungku tentunya.” Balasku dengan senyum yang mematikan.

“Sepertinya ini akan menjadi persaingan sengit kita berdua.” Tambahnya.

Lalu Dia pun berjalan menjauhi kami dan bergabung dengan temannya.

“Jangan harap!” Gerutuku sambil melihatnya sinis.

“Sepertinya kau berlebihan.” Bela Nita.

“Ehh? Kenapa?” Tanyaku bingung.

“Aku rasa dia tak seburuk yang kau kira.” Tambahnya.

“Benarkah? Atau…..” Kataku sambil meliriknya dan tersenyum evil.

“Apa? Kenapa melihatku seperti itu?” Tanyanya curiga.

“Hmp… Sudahlah, kau tak bisa membohongiku! Kau menyukainya kan?” Tebakku asal.

“Bagaimana kau tahu?” Jawabnya kaget.

“Tuh tertulis di kepalamu!” Ledekku sambil tertawa menang.

“Putriii….!!” Teriaknya sambil mengejarku yang menjauh.

***

“Hei pemalas, ayo bangun! Ayah dan Ibu menunggumu di meja makan.” Suara Leeteuk oppa membangunkanku.

“Hah?! Gawat, aku tertidur! Iya, aku segera datang.” Jawabku pada Leeteuk oppa yang telah keluar dari kamarku.

Pulang kuliah tadi, aku segera mengerjakan tugas-tugasku. Tapi, sepertinya tugasku lebih banyak ku selesaikan di dalam mimpi. Hah, malam ini aku harus segera menyelesaikannya. Setelah mengganti baju, aku segera menyusul kakakku ke meja makan.

“Lihat Yah, jam segini dia malah tertidur!” Sindir Leeteuk oppa yang sudah berkutik dengan makanannya.

“Aku sedang mengerjakan tugas tau!” Kataku membela diri dan duduk di kursi yang biasa aku duduki.

“Sejak kapan tugas bisa dikerjakan dalam mimpi?” Katanya sewot.

“Sudah, sudah.. Mau makan kok kalian malah bertengkar sih?” Lerai Ibuku.

“Kakak yang mulai tuh, bu.” Kataku mencari pembelaan.

“Tugasnya sudah selesai?” Tanya Ayah padaku.

“Belum, yah. Malam ini juga pasti selesai kok.” Kataku meyakinkannya.

“Huh, sangat berbeda denganku!” Kata Leeteuk oppa menyombongkan diri.

“Biar!” Sambutku kesal.

“Ah oppa, kau menaruh namaku menjadi kandidat Ketua BEM ya?” Tambahku yang tiba-tiba teringat insiden di kampus tadi.

“Hmm…” Jawabnya seadanya.

“Apa-apaan itu? Kenapa harus aku?” Kataku agak emosi.

“Bagus dong. Kakak dulu juga Ketua BEM kan?” Timpal ibuku.

“Tapi kan, bukan berarti aku juga harus jadi Ketua BEM, bu.” Kataku mengelak.

“Tapi kamu kan bisa tanya sama kakakmu.” Lanjut ibuku.

“Ahh, ibuu.. Aku tidak mau.” Rengekku.

“Lihat yah, dia sangat manja.” Adu Leeteuk oppa ke Ayahku

“Sudah, kamu turuti saja kakakmu. Itu bisa jadi pelajaran kamu di masa depan.” Kata Ayah mendukung kakakku.

“Ayah, tapi dia terlalu banyak ikut campur.” Kataku menyerah.

Kami pun melanjutkan makan sambil diselingi cerita ayah yang juga sempat jadi ketua komunitas di kampusnya. Seperti biasa, ayah dan ibu juga tidak lupa menanyakan kegiatan kami masing-masing selama mereka tidak didekat kami. Kami juga sering sekedar berbagi cerita saat berkumpul di meja makan. Karena saat itulah kami berkumbul bersama.

Setelah selesai makan malam, aku pun segera kembali ke kamar untuk menyelesaikan tugasku. Sambil membereskan buku-buku dan kertas-kertas fotocopy-an, aku jadi teringat kelakuan Kakakku. Aku terus menggerutu sendiri. Ayah dan Ibu selalu begitu, mereka tidak pernah membelaku. Leeteuk oppa juga benar-benar keterlaluan, aku bahkan tidak diberi tahu sebelumnya.

Jam di dinding menunjukan jam sepuluh, tapi aku belum merasa mengantuk karena aku tertidur saat mengerjakan tugasku tadi sore. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Ketika ku lihat, ternyata sebelumnya ada 6 misscall dari nomor yang tak dikenal dan satu sms.

SMS: Apa kau sudah tidur?

Aku sama sekali tidak tahu nomor itu. Sengaja aku abaikan karena aku tidak ingin bermasalah dengan orang-orang aneh. Tiba-tiba ponselku kembali berbunyi. Kali ini dia menelpon.

“Halo?” Kataku.

“Hei, harus berapa kali aku menelponmu?” Kata orang yang ada di seberang sana dengan nada kesal.

“Kyu?” Tebakku.

“Memang kau pikir siapa?” Katanya masih kesal.

“Aku pikir hantu! Siapa suruh kamu terus mengganti nomor?” Aku pun ikut kesal.

“Ahh, aku lupa memberi tahumu. Aku ini cukup terkenal di kalangan para gadis, jadi aku sering mengganti nomorku untuk menghindari mereka.” Jawabnya sombong.

“Aku tak peduli! Ada apa kau menelpon malam-malam begini?” Tanyaku malas.

“Hei, kita kan tidak pernah bertemu lagi semenjak kau lulus sekolah.” Katanya basa-basi.

“Tapi kemarin kita baru saja bertemu, bukan?” Jawabku heran

“Ahh, tapi itu kan cuma sebentar. Lagipula kau bersama siapa waktu itu?” Tanyanya.

“Heechul oppa?” Jawabku singkat.

“Ya, sepertinya dia tak suka padaku. Apa dia pacarmu?” Tanyanya penasaran

“Kalo iya kenapa?” Kataku asal saja.

“Hmm, berarti dia bukan ya?” Simpulnya.

“Huhh, menyebalkan!” Kataku kesal.

“Yaudah, kita ketemuan aja.” Usulku.

“Wah, kau mengajakku kencan?” Ledeknya.

“YA! Kau ini benar-benar!” aku benar-benar kesal.

“Hahaa, aku bercanda. Bagaimana kalo besok kau ku jemput di kampus?” Lanjutnya.

“Ya, terserah.” Tanda aku setuju.

“Kau belum tidur?” Sambungku.

“Aku sedang main game!” Jawabnya santai.

“Issh, kau tidak punya kerjaan lain ya? Jangan ganggu waktu tidurmu dan istirahatlah.” Kataku yang tahu kebiasaanya main game itu.

“Ara~, kau terdengar seperti nenekku.” Ejeknya.

“Ya! Kau akan sangat menyesal bertemu denganku nanti.” Aku berusaha mengingatkannya.

“Sudah ya, kau harus tidur nyenyak dan bangun dengan baik besok. Daah..” Katanya cepat.

Tuut… tutt… tuuutt…

Telpon pun terputus dengan cepat.

“Aish~ anak ini.” Kataku yang sudah mengenal sifat usilnya.

***

Waktu pulang pun tiba. Nita memilih pulang cepat karena dia ingin segera istirahat di rumah. Sedang aku menunggu Kyu yang berjanji menjemputku di kampus. Pagi ini terpaksa aku meminta Nita menjemputku. Harusnya sih hari ini aku yang menjemputnya, tapi dia bisa memaklumiku. Dia memang teman yang baik. Sekedar tahu saja, persahabatan kami sudah hampir sepuluh tahun. Dia adalah teman sebangku ku waktu kelas 3 SD. Meskipun SMA kami berbeda, tapi persahabatan kami tidak terputus begitu saja.

Selagi menunggu aku melihat kerumunan aneh. Aku berusaha mengabaikannya, tapi rasa penasaranku sepertinya lebih besar.

“Hei Siwon! Sebenarnya apa maksudmu mengikuti pemilihan Ketua BEM ini?” Terdengar suara Sungmin begitu keras.

Ternyata dia sedang berada di depan Siwon dan teman-temannya yang sedang berkumpul mengambil hati para wanita di kampus ini.

“Wah, apa kau terganggu?” Tanya Siwon santai.

“Jangan bercanda! Dengan ilmu yang sedikit kau mencoba untuk  menjadi Ketua BEM? Kau pikir mudah menjadi pemimpin? Ini adalah tanggung jawab besar! Lihat, kau sama sekali tidak berkompeten! Kau hanya mementingkan fashion, style, tapi tidak dengan ilmu pengetahuan. Akan kau bawa kemana mereka?” Kata Sungmin terbawa emosi.

Aku melihat Sungmin berteriak-teriak kepada Siwon. Aku sendiri sebenarnya tidak begitu tau apa yang sedang terjadi. Tapi aku tidak bisa membiarkan ini terjadi terlalu jauh. Aku pun mulai angkat bicara.

“Sungmin! Apa-apaan ini?” Tanyaku sambil membuka kerumunan sehingga berhadapan dengan Sungmin dan Siwon.

“Maaf Put, tapi aku tidak bisa menerima jika dia masuk sebagai kandidat Ketua BEM. Dia tidak kompeten untuk itu!” Katanya masih terbawa emosi.

“Memang kenapa jika dia tidak kompeten? Memang kenapa jika dia tidak punya bakat? Apa salah jika dia mau mencoba? Setiap manusia punya minat dan bakat. Jika itu sejalan, maka itu akan menjadi kekuatan. Berbeda dengan kalian yang memiliki bakat dan minat yang sejalan, kalian tidak perlu membuktikan apa pun karena mereka percaya. Tapi kami yang tidak mengetahui bakat kami, apa salah jika kami memilih merealisasikan apa yang kami minati? Apa salah jika kami ingin sukses, sama seperti kalian? Apa salah jika kami mencoba dan berusaha untuk sukses? Lalu bagai mana dengan mu? Apa dengan sikap seperti ini kamu bisa memimpin kami? Kau bahkan tidak membiarkan kami mencoba dan berusaha.” Kataku panjang lebar.

Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku. Aku benar-benar tidak bisa berfikir lagi. Aku segera pergi dari kerumunan itu dan menarik tangan Siwon, berharap kejadian ini tidak akan berlanjut.

Aku duduk terpaku sambil menyesali perbuatanku tadi. Siwon, mungkin dia bingung kenapa aku harus menariknya dan membawanya ke taman belakang. Aku mulai meneteskan air mata. Aku benar-benar tidak bermaksud berbicara sekasar itu ke Sungmin. Tapi itu sudah terjadi, aku tak tau harus bagaimana.

“Ini, pakailah sapu tanganku!” katanya sambil mengulurkan sapu tangannya.

Aku mengambilnya dan mulai menenangkan pikiranku.

“Apa yang ku lakukan? Tidak seharusnya aku berkata sekasar padanya. Kau tahu? Dia adalah anak yang baik, pintar dan sangat peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Aku tidak tahu kenapa ini bisa terjadi. Jadi, tolong, jangan berprasangka buruk padanya!” Kataku lirih

Air mataku pun kembali menetes dan menjadi semakin deras. Menyadari Siwon ada disampingku, aku kembali berusaha menenangkan pikiranku. Hingga suara ponselku berbunyi. Kyu menelponku beberapa kali, aku hampir saja melupakannya. Sepertinya dia sudah datang dari satu jam yang lalu. Aku tak mungkin mengangkatnya dan berbicara dengan suara parau seperti ini.

“Sepertinya aku harus segera pergi..” Kataku sambil berdiri dari dudukku.

“Oia, satu lagi.” Tambahku sambil mengentikan langkahku dan tetap membelakanginya.

“Tolong rahasiakan ini!” Pintaku kepada Siwon.

Aku pun segera pergi, aku tak berani menoleh kebelakang. Aku yakin, pasti dia sedang melihatku sambil tertawa. Aku juga harus mengapus air mataku. Aku tak ingin sampai Kyu melihatku menangis.

Setelah sampai di depan gerbang, aku tak melihat sosok Kyu. Aku segera menyamarkan mata dan mukaku yg sembab dengan bedak. Tak lama kemudian, terdengar bunyi klakson mobil yang terparkir tak jauh dari ku. Ternyata Kyu berada di dalamnya. Aku segera menghampirinya.

“Kenapa telponku tidak diangkat?” Tanyanya saat aku masuk ke dalam mobilnya.

“Aku sibuk.”Jawabku datar.

“Aku menunggumu lebih dari sejam, tahu?” Katanya sedikit kesal.

“Kenapa kau tidak  langsung pulang saja?” Tanyaku.

“Aku sudah janji, tak mungkin aku ingkar janji.” Katanya tak ingin mencari ribut denganku.

“Hei, apa tadi kau berdandan untukku?” Ledeknya sambil memasang tampang usilnya.

“Kita pakai mobil ini? Apa kau sudah cukup umur mengendarai ini?” Aku mencoba mengganti topik.

“Wah, kakak ini sangat pandai mengalihkan pembicaraan.” Katanya usil.

“Tentu saja. Aku punya surat-surat lengkap.” Lanjutnya.

“Mana, kulihat!” Pintaku.

“Aku tak mau berurusan dengan polisi hanya karenamu!” Kataku sambil menatap tajam ke arahnya.

Dia pun mengeluarkan surat-suratnya yang ada di dompetnya. Aku mengambil dompet dari tangannya dan memeriksanya.

Tapi, tak ku sangka, ada foto SMA ku terpajang disana. Anak ini memang playboy. Dia pasti sengaja memasang fotoku karena sekarang dia akan pergi denganku. Pasti dia melakukannya pada setiap wanita yang ia ajak jalan.

Aku pun segera mengambil fotoku meskipun agak sulit karena sudah menepel dengan dompetnya. Aku rasa dia tidak akan membutuhkannya lagi. Setelah selesai, aku segera mengembalikan dompetnya.

“Lalu, mau makan dimana kita?” Tanyaku.

“Tadinya aku berpikir untuk langsung pergi makan. Tapi, bolehkan kalau kita mampir ke game center dulu?” Pintanya.

“Dasar maniak game!” Ejekku.

Dan Kyu pun segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang sedang. Di jalan, kami berbincang-bincang seperti biasa. Sesampainya di game center kami berdua memainkan semua permainan. Sejenak itu bisa membuatku lupa dengan kejadian di kampus tadi. Setelah puas bermain, rasa lapar menyerang kami. Jam sudah menunjukkan jam setengah sembilan malam. Kami segera mencari makan sebelum semua toko benar-benar tutup.

“Wah.. Boneka monyet ini lucu sekali, sama sepertimu.” Kataku sambil memperhatikan boneka yang kami dapat saat bermain tadi.

“Ya! Jangan samakan aku dengannya!” Katanya kesal sambil menyelesaikan makannya.

“Hahaa, mukamu lucu sekali.” Kataku sambil menertawakan ekspresinya.

“Nah, gitu dong. Kamu lebih cantik jika tertawa.” Katanya tiba-tiba.

“Eh? Maksudnya?” Kataku tak mengerti.

“Berbagilah denganku. Jika terjadi sesuatu ceritakanlah padaku.” Katanya sambil menatapku dalam.

Aku terdiam sesaat. Sudah ku duga dia bisa membacanya. Aku hanya tidak ingin membuatnya khawatir dan merusak acara hari ini.

“Hei, kau tahu? Boneka itu bisa bicara loh.” Katanya mencairkan suasana.

“Eh, benarkah?” Tanyaku penasaran dan mengamati boneka yang ku pegang.

“Ya, coba saja kau tekan hidungnya.” Katanya.

Aku tidak percaya karena boneka itu terlihat seperti boneka biasa. Tapi aku penasaran, lalu aku mengikuti katanya. Aku menekan hidung boneka monyet itu.

“I love you.” Katanya dengan mengubah suaranya seperti suara boneka.

Aku terdiam sesaat. Ternyata bukan boneka itu yang bersuara tapi Kyu lah yang berkata dengan menirukan suaranya seolah-olah boneka. Aku kaget. Aku sempat bingung menghadapinya. Tapi aku memilih untuk tidak menanggapinya dengan serius.

“Ahh, jelek sekali suara boneka ini.” Ejekku.

“Hei, kenapa kau malah menanggapi hal yang tidak penting?” Tanyanya kesal.

“Hmm…tapi bagus juga.” Kataku sambil memeluk boneka yang ada di tanganku.

Dia hanya tersenyum melihat tingkahku. Aku sangat berterima kasih padanya. Dia masih seperti dulu, selalu bersedia menghiburku.

***

“Hei, mau tidur sampe kapan?” Kata Leeteuk oppa membangunkanku.

“Hmm…” Jawabku malas sambil membenarkan posisi tidurku.

“Ayo ikut!” Ajak Leeteuk oppa.

“Kemana?” Tanyaku heran.

“Udah ikut aja. Ditunggu di bawah ya!” Katanya tanpa basa-basi.

Ternyata hari ini ada acara baksos ke suatu desa. Dan di sana sudah ada Heechul oppa, Sungmin, Siwon, Nita dan anak-anak kampus lainnya. Hah?? Bagaimana aku bisa tidak tahu apa pun? Ini semua karena Leeteuk oppa, dia seenaknya saja mendaftarkan aku dan tidak memberi tahu ku apa pun.

“Hei, sedang apa kamu disitu?” Sapa Nita.

“Kenapa kamu bisa disini?” Tanyaku bingung.

“Lho, hari ini kan memang ada baksos.” Dia ikut bingung karena aku tidak tahu.

“Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja aku dibawa ke sini dan aku melihat kalian semua.” Kataku kesal.

“Benarkah? Aku pikir kamu tahu.” Katanya merasa bersalah.

“Ahh, aku benar-benar seperti robot.” Kataku semakin kesal.

“Yasudah, kau kan sudah ada di sini.” Hibur Nita.

“Terus kita ngapain sekarang?” Tanyaku asal.

“Hei, kamu masih tidur ya??” Kata Nita sambil menepuk-nepuk pipiku.

“Ahahaa, aku bercanda.” Aku merubah moodku.

Tiba-tiba Heechul oppa datang.

“Hei, kok kalian masih disini?” Tanyanya.

“Iya. Mana Leeteuk oppa? Dia itu benar-benar!” Kataku sambil mengepalkan tanganku.

“Dia sudah di lapangan bersama yang lain. Kenapa?” Tanyanya heran.

“Dia sama sekali tidak memberi tahu ku tentang baksos ini.” Kataku mengadu.

“Tapi kau ini kan kandidat Ketua BEM. Kenapa bisa tidak tahu?” dia semakin bingung.

“Huuh, ceritanya panjang.” Kataku pasrah.

“Oppa, kenapa disini? Bukan sedang sibuk mengurus skripsi?” Lanjutku.

“Ya, hari ini aku sengaja datang. Tidak ada salahnya kan, mungkin aku bisa dapat sesuatu di sini.” Katanya.

“Wah, senangnya. Aku pikir tidak mungkin bertemu dengan oppa lagi.” Kataku senang.

Heechul oppa pun hanya tersenyum mendengar kataku. Kami pun melakukan bakti sosial. Di sana kami menjual barang-barang bekas yang kami kumpulkan dengan harga miring dan hasilnya akan kami berikan kembali kepada mereka. Kami pun bersosialisasi dengan warga sekitar dan mencoba membantu mereka dengan membersihkan lingkungannya bersama-sama. Sebenarnya itu juga salah satu penilaian untuk menjadi Ketua BEM.

Kulihat Sungmin tidak mengalami kesulitan menghadapi warga. Seperti biasa, dia bisa bersosialisasi dengan baik. Sesekali kami berpapasan, tapi kami hanya senyum kecil. Kejadian itu membuat hubungan kami agak renggang.

Di sisi lain kulihat Siwon hanya berdiri melihat keadaan. Sepertinya dia masih belum terbiasa dengan situasi ini.

“Hei, kau pikir mereka akan datang dan minta kau membantunya?” Godaku.

“Eh?” Dia baru menyadari keberadaanku.

“Kamu kesini itu untuk dengan suka rela membantu mereka.” Jelasku.

“Ah, aku tak tau harus apa.” Katanya polos.

“Huhh, kau ini.” Kataku bingung menghadapinya.

“Hei, kau sudah tidak apa-apa?” Katanya sambil melihatku.

“Tidak, tapi sepertinya kami perlu bicara. Aku tidak terbiasa dengan ini.” Kataku sambil melihat Sungmin yang sedang asik bersosialisasi.

“Maaf ya.” Katanya tiba-tiba.

“Kenapa?” Tanyaku.

“Itu semua karena aku.” Katanya menyesal.

“Jangan sok penting!” Ledekku.

“Ini urusan kami, tidak ada hubungannya denganmu!” Lanjutku.

“Wah, kau berbeda dengan yang aku lihat kemarin.” Ejeknya.

“Apa yang kau bicarakan?” Kataku bingung.

“Tapi, kau tahu? Wajahmu saat menangis itu sangat manis.” Dia mengejekku dan tersenyum menyebalkan.

“Siapa yang menangis?” Kata seseorang yang muncul di belakang kami.

Heechul oppa benar-benar mengagetkan kami.

“Oppa? Sejak kapan kau disini?” Tanyaku kaget.

“Kamu sedang apa disini?” Tanyanya ketus.

“A..Aku hanya memberitahunya… karena dari tadi dia berdiri saja di sini.” Jawabku agak tersendat-sendat.

“Lalu akhirnya kalian tidak bekerja apa-apa?” Katanya sambil melemparkan tatapan tajam kepada kami.

“Ahh, kami segera pergi. Ayo Siwon!” Ajakku pada siwon yang hanya berdiri saja.

Aku menarik tangan Siwon untuk kedua kalinya dan bergerak menjauhi Heechul oppa. Jika aku biarkan dia di sana, tak jamin dia tidak akan membongkar rahasiaku.

“Huft.. Hampir saja.” Kataku menghela nafas.

“Kau senang sekali menarik-narik tangan orang ya?” Ejeknya sambil memegang tangannya yang tadi ku pegang sedikit keras.

“Maaf, maaf. Salah sendiri, aku kan sudah memperingatkan padamu.” Kataku tak mau kalah.

Tiba-tiba seorang warga datang sambil berteriak dengan tangan berlumuran darah.

“Toloong..! Toloong.. !” Teriak seorang ibu yang tangannya berlumuran darah.

“Ada apa bu?” Tanyaku panik.

“Haris, nak… Haris.. jatuh dari tangga… Darahnya banyak sekali.” Katanya tersenggal-senggal.

Kami pun segera mendatangi tempat dimana Haris jatuh. Semua anak berkumpul melihat keadaanya. Sepertinya kepalanya terbentur batu dan mengakibatkan pendarahan yang cukup banyak. Aku tak sanggup melihatnya.

“Dimana Rumah Sakit terdekat?” Leeteuk oppa mencoba bertanya kepada yang lain.

“Aku tahu, aku sempat melihatnya saat perjalanan ke desa ini.” Kata Sungmin dengan cepat.

“Yasudah, Aku dan Sungmin akan membawa Haris ke Rumah Sakit terdekat. Yang lain, selesaikan tugas kalian massing-masing.” Pintah Leeteuk oppa.

“Hati-hatilah. Biar aku yang ambil bagian disini.” Kata Heechul oppa.

“Ya. Tolong ya.” Leeteuk oppa mempercayai Heechul oppa.

“Kalian, kembalilah bekerja.” Kata Heechul oppa kepada anak-anak yang lain.

Semua anak pun kembali ke tempatnya masing-masing. Meskipun khawatir tapi mereka mempercayakan Haris pada Leeteuk oppa dan Sungmin.

Setelah semua selesai kami pun istirahat. Dan kami masih menunggu kabar dari Leeteuk oppa dan Sungmin tentang keadaan Haris. Kami berharap tidak akan terjadi apa-apa pada haris. Aku menjauh dari rombongan yang sedang istirahat. Aku ingin mengetahui kabar Haris, tapi aku takut menelpon Leeteuk oppa. Aku tak mau membuatnya semakin pusing karena aku sudah mengiriminya SMS berkali-kali. Aku sangat khawatir. Aku terus memandangi ponselku, berharap mereka member kabar pada kami.

“Sudah, kita tunggu kabar dari Leeteuk saja dulu.” Heechul oppa kembali mengagetkanku.

“Ahh, iya. Tapi, apa dia akan baik-baik saja?” Tanyaku tak bisa menyembunyikan rasa khawatirku.

“Ya, berdoalah.” Heechul oppa mencoba menenangkanku.

Tidak lama kemudian ponselku bordering. Ternyata itu adalah SMS dari Leeteuk oppa.

SMS: Haris baik-baik saja. Kami segera kembali.

Melihat itu, aku merasa senang. Aku lalu memberitahu Heechul oppa yang berada di sampingku.

“Ini dari Leeteuk oppa. Dia segera kembali! Untunglah Haris baik-baik saja.” Kataku hampir menangis.

“Syukurlah. Kau harus menyambutnya dengan senyum.” Kata Heechul oppa.

“Iya~” Kataku sambil meneteskan air mata.

Leeteuk oppa dan Sungmin pun kembali bersama Haris. Dia terlihat sedikit lesu tapi keadaannya membaik. Kami semua menyambutnya dengan sangat gembira. Setelah semua selesai kami segera membereskan barang-barang kami dan pamit pulang. Mereka pun tidak lupa mengucapkan terima kasih pada kami. Meskipun hanya sehari kami sangat menikmati kegiatan kami hari ini.

***

Minggu ini aku cukup sibuk dengan tugas-tugas kuliahku dan beberapa kegiatan promosi sebagai calon Ketua BEM. Hari ini saja aku baru sampai rumah jam 7 malam.

“Aku pulang!” Kataku yang langsung merobohkan tubuhku se sofa.

“Kau baru pulang?” Tanya Leeteuk oppa yang sedang membuat minum di dapur.

“Ya. Ahh, lelahnya~” Kataku lemas.

“Jangan manja! Baru begitu saja sudah mengeluh.” Kata Leeteuk oppa ketus.

“Huuhh, enak saja. Ini kan gara-gara oppa. Seenaknya mengajukkan namaku menjadi calon Ketua BEM.” Kataku sambil menyipitkan mataku ke arahnya.

“Kau harus banyak belajar biar seperti kakakmu ini.” Katanya bangga.

“Aku jadi penasaran, kenapa oppa sengaja mengajukan namaku menjadi calon Ketua BEM?” Tanyaku penasaran.

“Oh, aku hanya kasihan melihat kehidupanmu yang membosankan.” Jawabnya datar.

“Apa?!” Aku terkejut.

“Seenaknya saja kau mempermainkan kehidupanku!!” Lanjutku.

“Sudahlah, jalani saja. Menyenangkan bukan?” Ledeknya sambil memainkan matanya dan menyeruput minumannya.

“Oppa…” Aku hanya bisa pasrah dipermainkan seperti ini.

“Oia, Katanya Jumat ini Eunhyuk masuk final lomba dance. Datang dan berilah dia semangat.” Pinta Leeteuk oppa.

“Benarkah? Wah, Eunhyuk memang keren.” Kataku sangat senang, sampai-sampai aku lupa kalau tadi aku hampir tak bisa bergerak karena kehabisan tenaga.

“Sampaikan salamku padanya. Aku masih harus mengerjakan skripsiku.” Lanjutnya sambil berjalan kembali ke kamarnya

“Baiklah.” Kataku setuju.

Hari Jumat pun datang. Aku segera menuju tempat Eunhyuk dengan membawa satu bouquet bunga sebagai penyemangat. Sebenarnya sih untuk memberinya selamat, karena aku yakin pasti dia yang akan menang. Meskipun tidak begitu ganteng, sepupuku yang satu ini memang jagonya nge-dance. Aku adalah fans pertamanya. Karena aku sering sekali merekam dan mendokumentasikan acara-acara yang dia hadiri. Dan tentu saja aku tidak akan melewatkan acara penting ini. Aku tidak lupa membawa handycam untuk merekamnya. Aku juga mengajak Nita karena dia sangat penasaran dengan ceritaku.

Sesampainya disana, kami mencari tempat perlombaan. Tidak sulit memang, karena banyak sekali yang menyaksiannya. Kami segera menuju tempat yang paling bagus untuk mengambil gambar. Dan tibalah saat Eunhyuk beserta dua temannya tampil. Seperti yang sudah kuduga, penampilannya sangat memukau. Mereka pun berhasil mendapatkan Juara pertama. Semua penonton memberikan tepuk tangan yang meriah untuk mereka.

Setelah acaranya selesai, aku mencarinya di belakang panggung. Dan menemukan mereka sedang berbahagia dan bersorak-sorai atas keberhasilannya.

“Eunhyuk oppa!” Panggilku sambil berlari ke pelukannya.

“Putri!” Panggilnya kaget.

“Oppa, kau sungguh hebat. Seperti biasa kau keren sekali.” Kataku sambil memberikan satu bouquet bunga padanya.

“Ahh, terima kasih. Kau merekamnya?” Tanyanya.

“Tentu saja. Aku tak akan melewatkan momen ini.” Sambil memperlihatkan handycam yang kubawa.

“Hei, mana Leeteuk Hyung?” Saat menyadari tak ada Leeteuk oppa di sekitar kami.

“Dia sedang sibuk mengurus skripsinya.” Jawabku.

“Oh. Lalu dengan siapa kamu kesini?” Tanyanya.

“Sama temanku. Dia Nita.” Kataku sambil memperkenalkan Nita padanya.

“Eunhyuk.” Eunhyuk memperkenalkan diri.

“Halo. Kau keren sekali tadi.” Puji Nita sambil berjabat tangan dengan Eunhyuk.

“Wah.. Eunhyuk, kenapa mukamu jadi merah begitu?” Ledekku.

“Berisik!” Katanya salah tingkah.

“Hei Hyuk, siapa gadis-gadis cantik ini?” Kata seorang pria dari belakangku.

“Ya, kenalkan pada kami.” Temannya yang lebih gemuk menambahinya.

“Ini Putri, sepupuku. Dan yang ini temannya, Nita.” Eunhyuk memperkenalkan kami kepada mereka.

“Halo..” Sapaku dan Nita bersamaan.

“Mereka Donghae dan Shindong.” Kata Eunhyuk.

Ternyata mereka orang yang berada di panggung bersama eunhyuk tadi.

“Selamat ya, kalian hebat!” Kataku memuji penampilannya tadi.

“Wah, terima kasih. Dipuji gadis manis begini aku jadi malu.” Ucap Donghae.

“Hei, dia sepupuku. Jangan macam-macam!” Eunhyuk memperingatkan temannya.

“Iya, aku tahu.” Katanya sedikit kecewa.

Kami pun hanya tertawa melihat mereka.

“Hei, bagaimana kalau mereka juga ikut kita merayakan kemenangan ini?” Kata Shindong yang tubuhnya lebih gemuk dari yang lain.

“Iya, semakin banyak orang kan semakin seru.” Tambah Donghae.

“Kalian tunggu sebentar ya. Kami mau ganti baju dulu. Kalian harus ikut merayakan kemenangan kami!” Kata eunhyuk agak mengancam.

Setelah selesai ganti baju, kami menuju restoran korea untuk merayakan kemenangan Eunhyuk, Donghae dan Shindong. Kami pun menjadi semakin akrab.

“Aku senang sekali kalian bisa datang melihat penampilan kami.” Kata Eunhyuk senang.

“Ya. Kalau saja aku tahu kalian akan datang menonton, aku akan tampil lebih baik darinya.” Kata Donghae sambil melirik Eunhyuk.

“Kau tak akan bisa mengalahkanku, Donghae!” Kata Eunhyuk sambil menampilkan senyum khasnya yang memperlihatkan gusinya.

“Hei, aku kan yang menciptakan koreografinya!” Tambah Shindong tak mau kalah.

Aku dan Nita pun lagi-lagi hanya bisa tertawa melihat tingkah mereka. Semua terlihat sangat senang. Berada di tengah orang-orang seperti mereka aku rasa kami berdua akan benar-benar gila. Mereka tak hentinya membuat kami tertawa.

“Putri, kau benar-benar sepupunya?” Tanya Donghae sambil menunjuk ke arah Eunhyuk.

“Kenapa?” Tanya Eunhyuk sewot.

“Tapi kenapa kalian sangat berbeda ya? Kamu cantik, tapi kenapa Dia tidak ganteng?” Ledeknya.

“Hei! kita ini kan sepupu, bukan saudara kandung.” Katanya kesal.

“Kasihan, Kau pasti menderita menjadi saudaranya?” Tambah Shindong yang tak mau kehilangan kesempatan mencela Eunhyuk.

“Ya! Kalian itu sebenarnya teman bukan sih?” Eunhyuk mulai memprotes.

“Tidak” Jawabku.

“Tapi sepertinya kalian lebih menderita, karena kalian terus bersamanya setiap hari” Tambahku.

“Putri ya! Kenapa Kau juga mengikuti jejak mereka?” Tanya Eunhyuk heran.

“Nita, kau harus memihakku!” Ancam Eunhyuk yang mencoba mencari teman.

Nita pun mengggeleng tanda dia memihakku dan Eunhyuk semakin tersudut. Semua tertawa mendengar aku yang sepupunya dan Nita ikut mencelanya.

Tak terasa hari ini berlalu dengan sangat cepat. Kami pun harus segera pulang sebelum hari menjadi semakin larut.

“Hei, Besok kan kami akan tampil di acara puncak. Kalian harus datang ya!” Ajak Shindong sebelum kami benar-benar berpisah.

“Ya, kalian harus datang dan merekam penampilan kami!” Kata Donghae menambahkan.

“Iya, tenang saja.” Kataku setuju.

“Katakan juga pada Leeteuk hyung untuk datang. Kalau tidak persaudaraan kita putus!” Ancam Eunhyuk.

“Iya. Dia akan ku seret jika tidak mau!” Tambahku.

“Nita, kau juga datang kan?” Tanya Eunhyuk Ke Nita.

“Tentu saja aku tidak mau ketinggalan.” Jawab Nita.

“Bawakan hadiah untukku.” Pinta Donghae dengan muka polos yang membuat kami tak bisa menolak permintaannya.

“Bawakan juga makanan untukku.” Tambah Shindong.

“Baiklah. Sebagai gantinya kalian harus tampil lebih baik dari penampilan yang tadi!” Kataku.

“Siaap!!” Jawab Eunhyuk, Donghae dan Shindong bersamaan

bagaiman kelanjutannya?? tunggu ya 🙂

3th Rianti Birthday

20 May

Untuk malaikat kecilku yang lucu dan manis, Humaidah Febrianti.
Selamat Ulang Tahun, Semoga panjang umur.
Lahirnya kamu ke dunia adalah berkah tak terhingga,
Jawaban atas doaku,
Dan seperti halnya seorang malaikat yang membawa kebahagian dan kedamaian di dunia.
Aku harap, aku bisa tetap berada di samping malaikat kecilku ini.
Terus mengawasi, menemani dan membimbingnya hingga dia dewasa dan menjadi seseorang yang sangat beruntung seperti apa yang setiap orang inginkan.
Ya, kau sangat beruntung.
Tuhan, jaga dan sayangi dia…
Selamanya malaikat kecilku, Rianti ❤

Aku dan Pilihanku

20 May

Duk duk duuk…

“Put, ayo bangun nak! Nanti ketinggalan jemputan loh..”, teriak Ibuku membangunkaku.

Nah, itulah tanda bahwa waktu sudah menunjukkan jam 6 pagi. Artinya aku harus sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Umurku lima tahun saat itu. Aku bersekolah di TK Ananda yang masih bertempat di dalam kawasan kantor ayahku. Dulu aku memang sangat dekat dengan ayah, karena itu aku memilih sekolah itu.

“Aduuh..!”, rintihku.

“Hari ini putri nggak sekolah yaa ma, kepala putri sakit”, rengekku sambil meringkuk di atas tempat tidur.

Sebenarnya hari itu aku tidak benar-benar sakit. Hanya saja aku memang sedang tidak ingin pergi ke sekolah saat itu, rasanya agak bosan dengan kegiatan di sekolah hehee.. Itulah pertama kalinya aku masuk dunia akting dan aku berhasil melakukannya dengan baik. Entah darimana aku mendapatkan bakat itu. Akhirnya ibuku pun mengizinkan aku untuk istirahat di rumah.

Hari semakin siang, aku pun mulai bosan di dalam rumah tanpa melakukan apa-apa. Ibuku, sekarang ia sedang sibuk dengan masakannya di dapur. Akhirnya aku ajak adikku yang berumur dua tahun lebih muda dariku, Novi, main keluar. Kami kemudian bermain kejar-kejaran bersama tetangga kami, Afi, yang juga lebih muda dua tahun dariku.

Kami bermain dengan riang hingga tiba-tiba, entah bagaimana proses terjadinya, aku meluncur dari tangga dengan wajah mendarat ke jalanan terlebih dahulu. Aku langsung menjerit dan menangis sambil menahan sakit. Dan semua mata tertuju padaku. Darah yang keluar dari hudungku mulai memenuhi sebagian wajahku. Melihat itu, mama langsung membawaku ke dokter terdekat. Aku pun sukses dengan beberapa jaitan di hidung bagian dalam. Besoknya, aku benar-benar tidak masuk untuk beberapa hari. Dan masuk dengan hidung diperban dengan sedikit kesulitan untuk berbicara.

Pengalaman itulah yang saat ini masih terlintas di kepalaku. Namun, tidak dipungkiri pengalaman itu sangat berkesan sekali dengan meninggalkan bekas di wajahku. Semenjak saat itu aku mulai berhenti dari dunia akting dan berusaha melanjutkan dunia pendidikanku dengan baik. Sampai saat ini pun aku masih meyakini bahwa kebohonganku akan menimpa diriku sendiri, sehingga akan memerlukan pemikiran yang panjang bagiku untuk berbohong kepada siapapun.

Aku adalah Estu Putri Komalasari, Mahasiswa Akuntansi Gundarma angkatan 2009. Tidak perah terlintas olehku untuk masuk ke Fakultas Ekonomi apalagi Jurusan Akuntansi. Dengan basic Ilmu Pengetahuan Alam di SMA Negeri 1 Ciputat, harusnya bukan Fakultas Ekonomi tujuanku. Waktu kecil pun cita-citaku ingin menjadi pramugari yang bisa pergi ke luar negeri atau pilot yang mengendarai pesawatnya. Selain itu aku juga bercita-cita jadi guru TK yang akan terus muda karena berhadapan dengan anak kecil terus. Bahkan baru-baru ini aku ingin menjadi detektif karena terinspirasi dengan komik kesukaanku Detektif Conan.

Jauh dari khayalanku, saat ini cita-citaku akan berkaca dari apa yang aku lakukan dan aku dapatkan seperti menjadi editor misalnya. Di samping itu aku juga masih ingin menjadi seorang guru baik formal atau informal. Dan yang lainnya, aku ingin berwirausaha dan membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Yaa, paling tidak aku bisa mewujudkan salah satu dari beberapa cita-citaku diatas.

Aku adalah tiga bersaudara sebelum adik kecilku yang treakhir, Humaidah Febrianti, lahir tepat dua hari setelah tanggal lahirku, yaitu 18 Februari 2009. Aku menganggapnya sebagai kado terindah di usiaku yang saat itu berumur 18 tahun. Bagaikan malaikat yang diturunkan dari langit, kehadirannya merubah segalanya menjadi lebih baik. Dan yang pasti dengan adanya si kecil, rumahku menjadi jauh lebih rame dan ceria J

Adikku yang lain sudah ku sebutkan sebelumnya, Novi Tri Astuti, kini duduk di kelas 3 SMK. Saat ini ia telah mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional dan berencana meneruskan pendidikannya terlebih dahulu di Perguruan Tinggi. Semoga dia dapat melewatinya dengan baik. Aku pun akan membantunya dengan senang hati, karena pengalaman adalah guru paling baik.

Selain mempunyai dua adik, aku juga mempunyai seorang kakak laki-laki, Ahmad Syukron. Dengan perbedaan umur sekitar 2 tahun, ku harap ia bisa menjadi kakak yang dapat mengayomi adik-adiknya. Aku pun akan menjadi kakak yang bisa mengarahkan adik-adiknya ke arah yang baik. Pokoknya, saling mengingatkan dan jaga komunikasi sampai tua nanti.

Itulah kami yang terlahir dari kedua orang tua terbaik. Dengan I.B. Sudirman sebagai ayah dan Murniati sebagai ibu. Merekalah yang menyediakan waktu berharganya untuk kami. Selanjutnya kamilah yang akan memberikan waktu kami untuk mereka kapan pun mereka inginkan, walaupun itu tidak bisa dibandingkan dengan pengorbanan yang mereka berikan.

Inilah keluargaku tercinta, dengan berbagai macam karakter yang ada pada mereka akan menghidupkan suasana keluargaku. Merekalah yang selalu ada dan akan selalu ada dimana pun aku berada. Yang pasti tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi mereka dihatiku 😛

Pengalaman baikku adalah bisa bersekolah di SD Dharma Karya UT. Selama enam tahun di SD, ternyata aku hanya dapat mengingat sedikit sekali pengalaman SDku. Bersama ketiga sahabatku yaitu, Ocha, Gita dan Manda, aku melewati masa-masa SD. Cukup berkesan, hingga saat ini kami masih sering berkumpul sekedar bernostalgia dan menjalin tali silaturahmi. Dan itu akan terus kami lakukan hingga tua nanti. Sangat menyenangkan bisa bertemu mereka…

Kemudian aku melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Pamulang. Terpisah dari ketiga temanku, aku mendapat beberapa teman. Sayangnya kami sempat lost contact sehingga sampai saat ini kami masih belum bisa berkumpul bersama, meskipun aku sempat bertemu beberapa teman SMPku. Aku berharap suatu saat nanti bisa berkumpul bersama mereka lagi.

Namun, banyak orang bilang bahwa pengalaman yang paling berkesan adalah saat-saat duduk di bangku SMA. Dan aku pun salah satu yang berpendapat demikian. Pengalaman-pengalaman saat aku SMA lebih menggiurkan dibanding sebelumnya. Aku bersekolah di SMAN 1 Ciputat yang beubah nama menjadi SMAN 1 Tangsel. Banyak yang aku lakukan saat aku masih di bangku SMA. Selain ambil andil dalam OSIS, aku juga mengikuti dua ekstrakrikuler lainnya yaitu, Pecinta Alam dan Futsal.

Dari OSIS, aku bisa ikut ambil bagian saat ada acara-acara yang diadakan sekolah. Kebersamaan yang ada di OSIS sangat terasa. Dengan ikut OSIS bisa lebih mengenal sekolah dan merasa lebih memiliki sekolah karena pasti kita akan dekat dengan pihak sekolah baik dari pihak siswa, guru maupun pihak lain di sekolah. Selain itu aku bisa lebih cepat mendapat informasi dibanding siswa lain. Yang pasti bisa exist di sekolah, hehee..

Dari Pecinta Alam, aku bisa merasakan pengalaman yang tidak semua orang dapatkan. Selain melatih kekuatan, disini juga tempat melatih mental dan kerjasama tim. Dapat menambah informasi, teman, pelajaran dan masih banyak lagi. Belajar bagaimana berorganisasi, karena itu tidak bisa didapat dalam pelajaran sekolah.

Dari Futsal, tentunya kita akan sehat karena berolahraga dengan rutin. Dapat merasakan pengalaman berkompetisi di bidang olahraga. Melatih bagaimana kerja tim yang baik saat bermain. Bagaimana mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Bagaimana bermain dengan fair play. Dan masih banyak lagi manfaat yang didapat disini tapi tidak di tempat lain.

Pengalaman seperti inilah yang membuat aku rindu dengan masa-masa SMAku. Banyak hal yang aku lakukan saat SMA. Banyak pengalaman yang aku dapat saat SMA. Dan banyak teman yang aku temui saat SMA. Terutama sahabatku Rani, Tika, Vera, Nisa dan Chitta yang menambah rute perjalananku saat SMA. Itulah yang membuat pengalaman SMA lebih berkesan.

Ya, paling tidak itulah yang ada di kepalaku saat pertama kali masuk kuliah di Universitas Gunadarma. Rasanya akan sulit beradaptasi, karena kali ini aku bertemu bukan hanya orang dari Pulau Jawa, tetapi juga dari Sumatera, Kalimantan bahkan Ambon. Pasti individualisme akan sangat terasa. Apalagi pengalaman teman-temanku yang sudah menjadi mahasiswa mengatakan bahwa mahasiswa lebih induvidual dibanding waktu SMA.

Namun, agaknya aku salah. Beberapa bulan setelah aku menduduki bangku kuliah, aku mendapati perubahan yang sangat luar biasa. Aku dididik untuk berpikir secara dewasa, tidak lagi seperti anak kecil. Melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, sehingga masalah itu bukan dijadikan penghambat tetapi dijadikan batu loncatan untuk menjadi lebih baik. Selain itu, aku juga dibiasakan untuk menghadapi perubahan. Dengan begitu aku diharapkan peka terhadap perubahan yang akan terjadi nantinya sehingga aku dapat mengatasinya dengan baik.

Dan masih banyak peristiwa yang dapat kupelajari. Saat ini pun aku masih dalam proses menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan bantuan kakak-kakak senior dan dengan begitu banyak pengalaman yang mereka milik, tak hentinya mereka berbagi dan membimbingku. Merekalah yang menjadi pandangan hidupku saat ini. Karena sukses adalah tujuan hidupku. Dan aku akan terus belajar sampai ke negeri China J.

Itulah perjalanan hidupku hingga saat ini aku duduk di kelas di semester empat. Dan aku masih akan terus melanjutkan perjalananku dan membuat perjalanan hidupku tak terlupakan. Karena hidup hanya satu kali, maka aku tidak akan menyia-nyiakan hidupku ini. Akan ku manfaatkan dengan baik, sehingga hidupku bermanfaat baik untuk diriku, keluargaku maupun orang-orang di sekitarku.

Love U More

20 May

Cast:

Cho Kyuhyun

Kim Rin Jin

Lee Hyuk Jae

Other cast

 

Happy reading 🙂

Drrrt drrtt ddrrrt

Terdengar suara getaran ponsel yang berada tak jauh dariku. Ini masih jam 9 pagi dan aku masih terbaring di tempat tidur.

Pesan:

Rin Jin-ah, malam ini jam 7 ku tunggu di restoran biasa ya.

 

Pesan itu membangunkanku dengan sempurna. Aku segera membalas pesannya dan menari-nari gembira di atas kasur. Itu adalah pesan dari Kyuhyun, pacarku. Biasanya dia selalu menjemputku jika kita pergi berdua. Tapi kali ini dia tak bisa karena akhir-akhir ini dia disibukkan dengan kegiatan-kegiatan latihan. Ya, hari ini tepat tiga bulan pasca debutnya menjadi seorang artis. Karena terlalu senang, waktu sepuluh jam rasanya tak cukup bagiku untuk bersiap-siap.

 

Aku pun sampai lebih dahulu daripadanya. Tapi tiba-tiba perasaanku menjadi tidak enak. Aku berusaha menepisnya karena aku tidak ingin merusak suasana malam ini. Dan seorang namja dengan pakaian serba tertutup serta masker yang menutupi sebagian mukanya mengagetkanku.

 

“Siapa kamu?” Tanyaku sambil mengambil ancang-ancang untuk kabur.

 

Lalu dia melepas masker dan merapihkan penampilannya.

 

“Kyu?! Kaukah itu??” Teriakku senang.

 

Dengan segera aku mendaratkan pelukkan ke tubuh jangkungnya. Tapi agaknya dia menjaga jarak padaku. Perasaanku aneh itu muncul lagi, tapi aku cepat-cepat membuang pikiran-pikiran jelek itu dan melepaskan rinduku yang lama terpendam.

 

“Kyu, bagaimana kabarmu?” Tanyaku memulai pembicaraan.

 

Padahal dengan melihatnya saja aku sudah tahu bahwa dia hidup dengan baik. Tubuhnya yang terlihat gemuk dan wajahnya yang semakin tampan menandakan bahwa dia merawatnya dengan baik.

 

“Baik. Bagaimana denganmu?” Tanyanya kaku.

 

“Ah, aku tentu baik.” Jawabku masih mengembangkan senyumku.

 

Tapi jelas ini terasa aneh, mungkin karena kami sudah lama tidak betemu jadi semua kembali seperti awal saat kita baru pertama kenal. Atau memang ada hal lain yang akan terjadi.

 

Begitu lama tidak bertemu membuat aku ingin mengatakan banyak hal padanya. Aku benar-benar tidak bisa berhenti bercerita tentang kejadian-kejadian setelah dia memutuskan debut menjadi artis. Mulai dari kejadian di rumahku, sekolah, klub basketnya dan tentang teman-teman kami.

 

Sepanjang aku berbicara dia hanya mengangguk dan kadang-kadang tersenyum melihat tingkahku. Ini sangat aneh, dia tidak seperti ini sebelumnya.

 

“Kyu, apa kau baik-baik saja? Apa kau banyak tertekan disana? Atau kau kaget akan menjadi terkenal seperti sekarang?” Tanyaku sekenanya.

 

Meskipun di sekolah dia termasuk anak yang terkenal tapi nyatanya menjadi artis seperti sekarang ini bukan keinginannya, melainkan keinginanku.

 

“Tidak.” Jawanya spontan karena melihat perubahan pada wajahku.

 

“Lalu?” Aku menggantungkan pertanyaanku, berharap dia akan menjelaskan sesuatu.

 

“Rin Jin-ah, kau ingat bagaimana aku sampai bisa seperti sekarang ini?” Katanya sambil menuntunku untuk mengingat kejadian itu.

 

#Flashback

 

“Kyu, coba lihat!” Pintaku ke Kyu yang berjalan agak jauh di belakangku.

 

“Apa?” Tanyanya sambil melihat ke arah yang ku tunjuk tanpa mempercepat jalannya.

 

Aku menunjuk ke arah panggung yang memang disediakan untuk audisi suatu rumah produksi. Kami sedang berada di sebuah mall untuk sekedar jalan-jalan. Kami memang terbilang jarang jalan-jalan berdua seperti sekarang ini kecuali saat PSP kesayangan Kyu rusak atau ada peluncuran game terbaru. Dia memang maniak game, bahkan aku sebagai pacarnya masih berada di urutan ke-4 setelah PSP-nya itu.

 

“Lihat, ada audisi. Tapi sepertinya tidak ada yang bagus.” Rutukku sendiri.

 

Kyu menatap kosong panggung itu dan sama sekali tidak tertarik mengomentari para pesertanya. Tanpa menunggu persetujuannya ku tarik tangannya dan ku bawa dia ketempat dimana kami bisa mengambil formulir audisi. Meskipun agak kaget tapi dia tetap mengikuti langkahku tanpa berontak.

 

“Kau mau apa? Mau ikut audisi?” Ledeknya saat melihat formulir di tanganku.

 

“Iya.” Kataku dengan percaya diri.

 

“Lihat, badan kecil seperti ini bisa apa?” Katanya benar-benar meremehkanku.

 

“Bukan aku, tapi kau, Kyu!” Jawabku dengan senyum lebar.

 

“Apa?” Tanyanya tak percaya.

 

“Iya. Suaramu sangat bagus, Kyu. Kau pasti lolos.” Kataku tanpa mempedulikan dia yang masih shock.

Suara Kyu memang sangat bagus, tapi dia tidak pernah mau memperlihatkannya. Aku baru mengetahuinya saat dia menyatakan perasaannya padaku setahun yang lalu. Dia menyanyi begitu indah, sampai-sampai setelah kejadian itu banyak murid yang langsung menjadi fansnya. Para guru pun sempat memintanya untuk tampil di acara-acara sekolah, tapi dia tidak pernah menanggapinya. Dan saat ini adalah saat yang tepat untuk mengembangkan bakatnya. Aku hanya ingin semua orang tahu dan mendengarkan suara merdunya.

 

“Tidak.” Jawabnya singkat.

 

“Tapi, ini kesempatan untuk mengembangkan bakatmu, Kyu.” Kataku mencoba merayunya.

 

“Aku bilang tidak!” Katanya dengan sedikit penekanan.

 

“Mereka pasti tidak bisa menolak namja bertalenta sepertimu.” Aku terus berusah meyainkannya.

 

Dia menatap tajam ke arahku dan aku hanya bisa membuang pandangan ke arah lain karena tatapannya begitu menakutkan.

 

“Sudah kuduga kau tak punya nyali.” Sindirku sambil mulai mengabaikannya.

 

Kyu bukan orang yang tahan dengan sindiran. Harga dirinya terlalu besar untuk mengabaikan sindiran-sindiran tentang dirinya. Dia juga tak pernah tahan jika diabaikankan. Meskipun dia selalu terlihat mengabaikan orang lain, tapi dia tidak pernah mau diabaikan. Ketika aku terdesak, aku sering menggunakan kedua cara ini untuk meluluhkannya. Dan seperti biasa, nampaknya kali ini pun aku berhasil.

 

“Aishh~ kau ini cerewet sekali. Baiklah, aku akan ikut. Tapi kau harus mengabulkan permintaanku!” Katanya sambil mengeluarkan evil smirk-nya.

 

“Apa?” Tanyaku hati-hati, karena aku tahu betul watak namja ini.

 

“Apa saja.” Katanya sambil sekali lagi mengembangkan senyum evil kebanggaannya.

 

“Hmm, baiklah. Tapi itu jika kau lolos.” Kataku tetap mempertimbangkan transaksi ini baik-baik.

 

“Deal?” Tanyanya sambil mengulurkan tangannya.

 

“Deal!” Kataku menjawab tantangannya.

 

#Flashback End

 

“Kau ingat, setelah aku lolos kau akan mengabulkan apa pun permintaanku?” Tanyanya sangat hati-hati.

 

“Ya, aku ingat.” Kataku takut-takut, tapi kali ini rasanya berbeda dengan saat itu.

 

“Kau tahu, sekarang kita sudah berbeda. Aku akan lebih banyak menghabiskan waktu di sana. Tidak akan ada waktu untuk mengunjungimu, bahkan untuk mengunjungi keluargaku saja aku tidak tahu.” Dia mencoba menjelaskannya padaku.

 

“Ya, aku tahu. Karena itu, nanti mungkin aku yang akan sering mengunjungimu.” Kataku memotong pembicaraannya.

 

Entah mengapa aku tidak ingin dia meneruskannya, kalau bisa ku bantah rasanya aku ingin membantah semua perkataannya.

 

“Bukan itu masalahnya. Kami nanti mungkin akan pergi jauh dan akan kembali lama. Aku tidak yakin kita masih bisa berhubungan.” Kembali dia mencoba menjelaskan padaku.

 

“Tidak apa, aku akan menunggumu.” Sekali lagi aku memotong pembicaraannya.

 

“Tapi, manajer kami tidak mengizinan kami memiliki pasangan.” Katanya sedikit emosi.

 

Mendengar itu dadaku terasa sesak dan mataku mulai terasa panas. Aku mengalihkan pandanganku dan  berusaha mengendalikan emosiku.

 

“Kami akan berhubungan dengan banyak gadis dan saat ditanya kami akan bilang bahwa kami tidak mempunyai pacar” Jelasnya lagi.

 

“Aku tak akan apa-apa asal kau tidak memutuskan hubungan kita.” Kataku mencoba memahami keadaannya.

 

“Rin jin-ah, aku tidak ingin jika nanti kau sakit karena aku tidak mengakuimu, kau sakit karena melihatku dengan gadis lain. Terlebih aku tidak ingin kau menjadi bulan-bulanan penggemar kami nantinya.” Jelasnya panjang lebar.

 

“Karena itu, hari ini aku menemuimu. Aku bermaksud untuk mengakhiri hubungan kita.” Katanya perlahan sambil mengatur kata-kata dengan baik.

 

Pikiranku benar-benar kosong. Aku hanya memandangi wajahnya dan mencoba mengingatnya dengan baik. Dan air mata yang ku bendung, kini mengalir tanpa hambatan sama sekali.

 

“Jangan menangis!” Pintanya lembut.

 

Semakin dia memintaku untuk tidak menangis, semakin deras air mata yang mendesak turun. Cukup lama aku membiarkan air mata itu turun hingga tak bersisa. Dia pun hanya terdiam, sibuk membenahi perasaanya sendiri.

 

Kami memutuskan pulang tanpa menyentuh makanan yang kami pesan sebelumnya. Kyu mengantarku pulang dengan mobil yang dia bawa. Suasana di mobil pun tidak jauh berbeda, kami tidak bicara sepatah kata pun.

 

“Kyu, kau harus makan dengan baik. Menemanimu hingga lolos audisi pun aku sudah senang. Aku akan menjadi penggemarmu yang petama. Aku akan terus mendukungmu dan membeli semua albummu.” Kataku mencoba mencairkan suasana.

 

“Tidak. Kau harus hidup dengan baik. Makan dengan baik, tidur dengan baik dan mempunyai pasangan.” Katanya mengacak-acak rambutku sambil tetap berkonsentrasi menyetir.

 

Aku mencoba menerima kejadian ini. Paling tidak, kami mengakhirinya dengan cara yang baik.

–Setahun kemudian–

 

Hari ini hari libur, tapi aku bangun lebih pagi dan sudah siap untuk pergi.

 

“Pagi-pagi seperti ini kau mau kemana, Nak?” Tanya ibuku heran.

 

“Hari ini aku ingin mengahadiri fansigning Super Junior, Bu.” Jawabku sambil melahap beberapa roti bakar.

 

Ya, aku resmi menjadi penggemar mereka. Semua album, majalah, poster, serta barang lain yang berhubungan dengan mereka menjadi koleksiku saat ini, terutama tentang Kyu. Ya, di grup inilah Kyu bergabung. Menonton konser, teater dan variety show secara live serta mencari tahu berita tentang mereka sudah menjadi rutinitasku sehari-hari.

 

Ayah dan Ibu sudah komplain tentang kebiasaanku satu tahun belakangan ini. Terlebih mereka tahu itu ada hubungannya dengan Kyu yang sudah tidak lagi denganku. Kyu sangat dekat dengan Ayah  dan ibu. Mereka juga merindukan Kyu, tapi mereka sangat memaklumi keadaanya sekarang.

 

“Ibu, aku berangkat ya! Sampaikan salamku pada Ayah!” Kataku bergegas pergi.

 

Ini adalah pertama kalinya aku mengadiri fansigning. Aku tidak pernah berani menampakkan diriku di depan Kyu. Karena dari awal dia tidak menyetujui jika aku terus memikirkannya.

 

Aku pun siap dengan peralatan menyamarku. Aku menutup hampir seluruh tubuhku agar tak ada yang mengenaliku. Dengan penampilan seperti itu tak jarang orang-orang melirikku dengan tatapan aneh. Bahkan pihak keamanan sempat menggeledahku dan aku berhasil mengelabui mereka.

 

Sesampainya didepan pintu aku mengurungkan niatku untuk menghampirinya meminta tanda tangan. Aku mengambil beberapa fotonya secara sembunyi-sembunyi dan sisanya hanya bisa memandangi wajahnya dari luar.

 

Saat sedang memperhatikan Kyu, aku merasa seseorang menepuk pundakku.

 

“Oppa?? Kenapa kau disini?” Tanyaku kaget melihat Eunhyuk Oppa lah yang berada di belakangku.

 

“Aku memperhatikanmu dari dalam. Kenapa tidak masuk? Dan pakaianmu….” Tanya Eunhyuk oppa sambil melihatku dari atas sampai bawah.

 

“Aku sedang flu, bersin-bersin, aku hanya tidak ingin penyakitku menular pada kalian.” Jawabku sekenannya sambil sedikit bersin-bersin.

 

“Tidak apa. Masuklah!” Ajaknya

 

“Ah, tidak. Lihat, aku masih bisa mengambil gambar kalian dengan bagus dari sisi.” Kataku sambil menunjukkan beberapa foto yang tadi ku ambil.

 

“Ini terlalu jauh. Kau fans nya Kyu?” Tanyanya.

 

“Bagaimana oppa tahu?” Tanyaku agak kaget.

 

“Disini cuma ada fotonya, mana fotoku?” Jawab kesal.

 

Aku hanya bisa tersenyum. Benar saja, sejak tadi aku hanya mengambil gambar Kyu. Aku benar-benar tidak ada niat mengambil foto yang lain.

 

“Ayo, kita foto bersama!” Katanya sambil mengambil kamera ku dan mengabadikan foto kami berdua.

 

“Nah, bagus kan??” Tanyanya pada diri sendiri.

 

Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya. Dan aku kembali memperhatikan Kyu yang sedang berinteraksi dengan fansnya.

 

Tiba-tiba aku melihat Eunhyuk oppa sudah berada di depan Kyu dengan membawa kamera ku. Aku segera bersembunyi di balik tembok berharap Kyu tidak melihatku. Kulihat Eunhyuk oppa mengambil beberapa foto Kyu dan member lain layaknya fotografer dan kembali melakukan fansigning.

 

Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya acara fansigning selesai. Semua member meninggalkan ruangan kecuali Eunhyuk oppa. Dia menghampiriku terlebih dahulu.

 

“Ini. Lain kali kau juga harus mengambil fotoku dan yang lain, mengerti?” Katanya sambil mengembalikan kameranya padaku.

 

“Dan ini, tanda tangan Kyu.” Sambungnya.

 

“Oppa, terima kasih.” Aku tidak bisa menyembunyikan kegembiraanku.

 

“Jaga kesehatanmu!” Katanya sambil lalu pergi menyusul yang lain.

 

Sejak saat itu, Eunhyuk oppa selalu dapat menemukanku ditengah kerumunan para penggemar. Penyamaranku pun rasanya sia-sia jika bertemu dengannya.

***

 

Akhirnya showcase hari ini selesai. Seperti biasa, setelah acara selesai aku dan Eunhyuk oppa menyempatkan diri bertemu untuk sekedar ngobrol dan melihat foto-foto yang ku ambil saat acara berlangsung.

 

“Rin jin-ah, kau menunggu lama?” Tanya Eunhyuk oppa yang langsung duduk tepat didepanku.

 

“Ah, oppa sudah datang? Hebat sekali oppa bisa sampai sini dengan selamat.” Ejekku.

 

“Aku belajar banyak tentang penyamaran dari seseorang.” Balasnya sambil menatapku.

 

Aku hanya tersenyum malu. Dia segera melepaskan penyamarannya dan aku pun memesan beberapa menu untuk kami berdua. Akhir-akhir ini hubungan kami jadi semakin dekat. Kami pun tidak lagi canggung ketika harus bertemu berdua seperti ini.

 

“Oppa, kau terlihat lelah. Apa kau istirahat dengan baik?” Tanyaku saat melihat air mukanya yang memang terlihat capek.

 

“Ya, kami memang sedikit sibuk akhir-akhir ini.” Jawabnya singkat.

 

“Ah, kalian harus jaga kesehatan dengan baik!” Ucapku yang juga ku tujukan pada Kyu.

 

Meskipun dekat dengannya, tujuan utamaku menonton acara live mereka adalah untuk melihat Kyu. Biar bagaimana pun, aku baru akan merasa lega ketika melihat Kyu secara langsung.

 

“Rin Jin-ah, kenapa kau menyukai Kyu?” Tanyanya tiba-tiba.

 

“Tidak ada.” Jawabku sekenanya meskipun agak kaget.

 

“Kenapa kau tidak mau berhadapan langsung dengannya?” Lanjutnya sambil tetap menikmati makan malamnya.

 

“Aku terlalu jelek, jadi aku tidak ingin dia melihatku.” Jawabku asal.

Ini bukan pertama kalinya kami membahas ini dan aku selalu menjawabnya dengan alasan yang berbeda. Mungkin dia tahu aku berbohong.

 

“Kau menyukainya sebatas fans kan, tidak lebih?” Katanya sedikit ragu.

 

“Tentu saja, aku tidak mungkin berharap lebih.” Jawabku mengingat posisiku saat ini.

 

“Kalau begitu, jadilah kekasihku!” Dia menatapku dan menghentikan acara makannya.

 

Aku yang terkejut hampir saja mati tersedak. Aku segera mengambil segelas air dan mencoba mengalihkan pandanganku.

 

“Ah, oppa kau mengejutkanku.” Kataku sambil mengatur nafasku yang mendadak berantakan.

 

“Ini tidak lucu.” Kataku berharap dia hanya bercanda.

 

“Aku serius.” Katanya sambil tetap menatapku.

 

“Memang kalian boleh memiliki pasangan?” Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

 

“Tidak. Tapi asal kau mau menungguku aku akan menjagamu.” Katanya semakin membuatku bingung.

 

“Hari ini pun mereka tahu aku menemuimu.” Lanjutnya.

 

“Apa kau yakin?” Tanyaku.

 

Dia pun mengambil bunga dari vas yang ada di atas meja dan memberikannya padaku.

 

“Aku yakin. Maukah kau menjadi kekasihku?” Tanyanya sekali lagi.

 

Aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku tak bisa menolaknya, dia sangat baik padaku. Lagi pula dengan begini aku bisa selangkah lebih dekat dengan Kyu. Aku pun menerimanya dan kami pun jadi semakin sering bertemu.

***

 

Hari ini Eunhyuk oppa akan menjemputku di kampus. Hubungan kami sudah menginjak satu bulan. Entah sejak kapan aku mulai menyukai keberadaannya. Dia seperti membawa warna lain di hidupku.

 

“Kita mau kemana?” Tanyaku yang kini sudah berada di dalam mobilnya.

 

“Nanti juga kau tahu.” Jawabnya singkat.

 

Dia terus tersenyum sepanjang perjalanan. Dia membawaku ke sebuah butik ternama dan menyuruhku mencoba beberapa gaun. Dan akhirnya aku memakai gaun putih selutut dengan sedikit aksen di bagian pinggang. Dengan dipadu sepatu highheels putih dan sedikit  make up sederhana aku seperti tokoh Cinderalla dalam buku cerita yang pernah ku baca.

 

“Kenapa aku harus berdandan seperti ini?” Tanyaku yang sudah berada di mobil untuk melanjutkan perjalanan.

 

“Hari ini aku ada pesta, aku ingin kau menemaniku.” Jawabnya dari balik kemudi.

 

Aku mulai mengajukan banyak pertanyaan tapi dia hanya mengembangkan senyum dan mengurungkan niat untuk menjawab runtutan pertanyaanku sebelum sampai di tempat tujuan.

 

“Ayo, kita sudah sampai!” Ajaknya.

 

“Apa kau yakin mengajakku kesini?” Aku mulai risih karena selama ini hubungan kami tidak pernah di publikasikan.

 

“Tidak apa, ini acara tertutup kok. Lagi pula aku ingin memperkenalkanmu pada anggota yang lain.” Jawabnya panjang lebar.

 

Aku terdiam sesaat, mengetahui bahwa aku akan bertemu langsung dengan Kyu. Aku memang ingin bertemu dengannya, tapi tidak secepat ini. Bahkan Eunhyuk oppa belum mengetahui hubunganku dengan Kyu.

“Ada apa? Ayo masuk!” Ajaknya sekali lagi.

 

“Oppa, aku ingin ke toilet.” Kataku saat kami sudah berada di dalam.

 

“Baiklah, aku tunggu disana ya?” Jawabnya.

 

Aku segera masuk ke toilet. Sebenarnya aku tidak ingin ke toilet, aku hanya ingin menenangkan diri disana. Setelah cukup tenang, aku memutuskan keluar. Ternyata tamu undangan sudah memenuhi ruangan, aku tidak dapat menemukan Eunhyuk oppa.

 

Saat sedang mencari Eunhyuk oppa, aku berpapasan dengan Kyu.

 

“Rin jin!” Panggilnya sedikit tidak percaya.

 

“Ah, hai Kyu!” Sapaku mencoba bersikap wajar.

 

“Sedang apa kau disini?” Tanyanya.

 

“Kau sendiri sedang apa?” Aku lebih memilih membalikkan pertanyaannya, aku tidak pernah bisa berbohong di depannya.

 

“Ini acara peresmian café Yesung hyung, dia hyung-ku di Super Junior.” Jawabnya.

 

“Kau sendiri?” Lanjutnya.

 

“Aku bersama seseorang, tadi dia di sini.” Kataku sambil mengarahkan pandangan kesekeliling.

 

Tiba-tiba suasana menjadi aneh. Kami sama-sama diam dan aku tidak tahu harus bicara apa.

 

“Kau…” Katanya sambil memperhatikan pakaianku.

 

“Semakin gendut!” Lanjutnya sambil terkekeh.

 

“Apa? Coba lihat kau sendiri. Pakaian apa ini?” Balasku sambil menunjuk rumbai-rumbai di bajunya.

 

Sebenarnya tidak ada masalah dengan penampilannya. Meskipun ada rumbai-rumbai di lengan kanan dan kirinya, dia masih terlihat tampan.

 

“Kenapa? Mereka bilang ini bagus!” Sanggahnya.

 

“Hahaa, jadi sampai sekarang tidak ada yang berani memprotesmu?” Aku sedikit memaksakan tawaku.

 

“Sudah berapa tahun kau di dunia hiburan, hah? Mereka hanya ingin membuatmu senang!” Kataku asal.

 

“Benarkah?” Katanya menimbang-nimbang perkataanku.

 

“Mereka harus ku beri pelajaran!” Katanya meninggalkanku dengan muka merah.

 

Aku hanya terkekeh karena berhasil mengerjainya. Aku kemudian tersadar bahwa aku harus mencari Eunhyuk oppa dan kembali mengelilingi ruangan.

 

Acara pun segera dimulai. Kini pandangan semua tamu tertuju pada seseorang yang berbicara di depan. Aku rasa itu adalah ibu dari Yesung oppa. Aku memilih diam dan memperhatikan. Aku rasa Eunhyuk oppa sekarang sedang mempersiapkan diri untuk menyambut para tamu bersama anggota yang lain. Ku dengar mereka menjadi bintang tamu disini.

 

Akhirnya mereka naik ke panggung dan menyapa para tamu undangan dengan ramah. Ku lihat Eunhyuk oppa sibuk memperhatikan seluruh tamu yang datang. Sampai kami saling bertemu pandang, aku tersenyum dan mengacungkan kedua jempolku. Kemudian dia menghela nafas lega. Mungkinkah dia mencariku?

 

Suasana menjadi sedikit gaduh. Aku tidak mengerti ada apa sampai Kyu naik ke panggung dan mulai menyapa para tamu. Ternyata magnae sombong itu terlambat naik panggung. Ku lihat ada yang berbeda darinya. Ternyata dia mengganti bajunya yang tadi dengan setelan jas hitam dan dasi merah. Selama beberapa detik pandanganku teralih padanya. Dia terlihat semakin tampan.

 

Acara inti pun selesai, para undangan dipersilahkan menikmati hidangan yang tersedia. Dengan cepat sambil tetap menyapa para tamu undangan Eunhyuk oppa datang menghampiriku.

 

“Kau kemana saja, hah? Aku hampir saja masuk toilet wanita karena kau tidak juga menemuiku.” Adunya

 

“Maaf. Tamu disini begitu banyak, aku kesulitan mencarimu.” Jawabku.

 

“Sudah. Ayo kita kesana! Mereka sudah menunggumu.” Katanya sambil menarik tanganku.

 

Sepanjang perjalanan aku hanya menunduk, menolak bertatap muka dengan para tamu yang disapanya. Aku sudah melihat anggota lain berkumpul dan kami semakin dekat dengan mereka. Sekarang semua perhatian telah tertuju pada Kyu.

 

“Hei Kyu, kenapa tadi kau terlambat?” Tanya Sungmin oppa yang berada di sebelahnya.

 

“Kau ganti baju ya? Rasanya tadi bukan baju ini yang kau pakai.” Kata Donghae heran.

 

“Ah, ini? Aku tidak nyaman dengan baju yang tadi, jadi aku menggantinya.” Jawab Kyu.

 

“Oia, kenapa kita dikumpulkan disini?” Sambungnya.

 

“Ah, itu aku yang menyuruh.” Kata Eunhyuk sambil menyebakkan gummy smile-nya.

 

Aku hanya mendukkan kepala dan mecoba bersembunyi dibaliknya.

 

“Ada apa, Hyuk?” Tanya Leeteuk oppa penasaran.

 

Dengan mengambil nafas panjang dia berkata, “Hari ini aku akan memperkenalkan seseorang pada kalian.”

 

Semua terlihat bingung dan menatap satu sama lain. Kemudian dia menarikku agar sejajar dengannya.

 

“Dia, gadis yang ku ceritakan waktu itu. Sekarang dia adalah kekasihku.” Katanya sambil tersenyum senang.

 

Kepalaku masih tertunduk karena malu hingga dia menyenggol tanganku. Aku memberanikan diri menatap mereka dan menyapanya, “Annyeong haseo.”

 

Sejenak ku lihat Kyu terperangah melihatku, lebih kaget dari saat kami bertemu sebelumnya.

 

“Jadi gadis ini yang membuat kau semangat berlatih?” Tanya Sungmin oppa.

 

“Apa karena gadis ini kau jadi terus menanyakan kapan acaranya berakhir?” Tanya Leeteuk oppa.

 

“Kau juga jarang pulang bersama kami setelah selesai acara.” Tambah Ryeowook oppa.

 

“Jangan dengarkan mereka!” Katanya saat aku meliriknya. Sontak semua member tertawa. Wajahnya berubah merah, terlihat sangat lucu.

 

“Kyu, dia ini penggemarmu.” Dia mencoba mengalihkan pembicaraan.

 

“Kau tahu, tanda tangan dan foto yang ku ambil sebelum ini adalah untuknya.” Lanjutnya.

 

Kali ini giliran mukaku yang berubah merah. Aku tidak berani menatapnya.

 

“Ah, aku rasa dia memang menyukaiku.” Katanya yang kini berada di hadapanku.

 

“Bagaimana kalau kita ambil foto bersama?” Tanyanya yang sukses membulatkan mataku.

 

“Benar juga!” Sahut Eunhyuk oppa yang langsung mengeluarkan ponselnya.

 

“Tapi, kau tidak boleh macam-macam Kyu! Atau… kau tak akan selamat!” Ancam Eunhyuk oppa.

 

Kyu pun hanya tersenyum. Dia merangkulku dan sedikit membungkukkan badannya agar sejajar denganku. Kami pun berfoto dan aku tidak bisa menyembunyikan ekspresi kagetku saat itu.

 

Selesai memperkenalkanku eunhyuk membawaku ke arah taman sedang yang lain sibuk menyambut para tamu undangan.

 

“Kau disini sebentar ya, aku akan mengambil beberapa makanan.” Katanya lalu meninggalkanku sendiri.

 

Aku mengangguk dan memilih duduk di taman. Terus terang saja, aku masih shock dengan kejadian tadi. Ekspresi Kyu berbeda dengan saat aku bertemu sebelumnya.

 

“Rin jin-ah!” Panggil seorang namja dari belakangku.

 

“Kyu! Kenapa kau di luar?” Tanyaku saat menyadari bahwa itu dia adalah Kyu.

 

“Apa yang kau lakukan dengan Hyung-ku?” Tanyanya tiba-tiba.

 

“Maksudmu?” Tanyaku bingung.

 

“Tega sekali kau mempermainkan Hyung-ku!” Katanya dengan sedikit meninggikan nadanya.

 

“Kyu, apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti.” Jelasku yang benar-benar tidak tahu maksudnya.

 

“Jangan pura-pura bodoh! Kau yang mengatur semua ini kan?” Kyu semakin memojokkanku.

 

Aku benar-benar kaget Kyu bisa berbicara seperti itu padaku. Sebelum ini, dia masih bisa menjaga kata-katanya di depanku. Bahkan aku tidak pernah berpikir dia akan melakukan ini.

 

“Kyu, apa kau berubah secepat ini? Kau sungguh keterlaluan!” Dengan cepat aku memutuskan pembicaraannya.

 

Rasanya air mataku tak bisa ku bendung lagi. Tanpa menunggu reaksinya, aku segera meninggalkan acara itu. Aku kemudian menangis sepanjang perjalanan pulang. Ku tinggalkan barang-barangku yang ada di mobil Eunhyuk oppa dan memilih taksi yang mengantarku pulang.

 

Ponselku terus berdering, aku rasa Eunhyuk oppa menyadari ketidakhadiranku. Ku putuskan untuk tidak menjawab telponnya. Setelah mengabaikan beberapa kali telpon darinya, aku menerima pesan darinya. Aku kembali mengurungkan niatku untuk membalas pesan yang datang berturut-turut itu dan kemudian kumatikan ponselku.

 

Aku tidak tahu akan sesakit ini mendengar dia berkata seperti itu. Hubungan kami yang dulu seakan tidak pernah membekas dalam ingatannya. Tak ada yang bisa ku lakukan selain menangis setelah mengetahuinya.

***

 

Aku terbangun dengan kondisi yang buruk. Aku masih berharap tadi malam itu hanya mimpi, meskipun aku tahu itu bukan. Ayah dan Ibu tidak boleh tahu tentang ini. Aku tidak ingin membuat mereka khawatir. Aku akan menganggap semua tidak pernah terjadi, walaupun rasanya tidak mungkin.

 

Aku kembali menyalakan ponsel yang sempat ku matikan tadi malam. Benar saja, dalam sekejap kotak pesanku telah dipenuhi pesan dari Eunhyuk oppa. Aku berniat memutuskan hubunganku dengannya, karena itu hanya akan mengulang kejadian tadi malam. Aku akan mencoba menjalani hariku seperti sebelum aku bertemu dengannya.

 

Hampir satu minggu aku mencoba untuk tidak memikirkan kejadian malam itu, sampai aku bertemu Eunhyuk oppa di depan kampusku.

 

“Rin jin-ah, kau baik-baik saja kan?” Sapanya padaku yang terlambat menyadari kehadirannya.

 

“Oppa, kenapa kau disini?” Tanyaku sedikit gugup.

 

“Kenapa? Kau tidak mengangkat telponku dan tidak membalas pesanku!” Jawabnya heran.

 

“Kau tidak apa-apa?” Tanyanya lagi.

 

“Tidak. Pulanglah, kau tidak boleh berada disini.” Kataku saat melihat banyak orang yang mulai mengenalinya.

 

“Kau benar!” Dia menarik tanganku dan memasukkanku ke dalam  mobilnya dan kemudian mengambil alih kemudi.

 

“Turunkan aku! Aku masih harus mengerjai banyak tugas!” Rengekku saat dia mulai menjalankan mobilnya.

 

“Tidak, sebelum kau menjelaskan apa yang terjadi!” Katanya sambil tetap mengemudikan mobil.

 

“Sudah ku bilang kan aku tidak apa-apa!” Aku sedikit meninggikan suaraku.

 

Tiba-tiba dia membanting stir agar kami menepi dan menghentikan mobilnya. Jantungku hampir saja berhenti karena ulahnya.

 

“Lalu, kenapa kau pergi tanpa memberitahuku? Akhir-akhir ini pun ponselmu tak bisa dihubungi!” Sekarang pandangannya tertuju padaku.

 

“Itu… Ibuku… Dia menyuruhku untuk segera pulang.” Jawabku ragu.

 

“Kenapa kau tidak memberitahuku?” Tanyanya lagi.

 

“Karena… itu acara Yesung oppa, dia kan hyung-mu.” Kataku mencoba menyangkal.

 

“Lalu ponselmu?” Lanjutnya.

 

Ahh, aku benar-benar tidak suka ini. Ketika aku berbohong, maka aku harus berbohong lagi untuk menutupi kebohonganku sebelumnya. Benar-benar menguras otak.

 

“Ponselku rusak.” Jawabku benar-benar merasa bersalah.

 

“Maaf.” Aku segera menundukkan kepalaku untuk meminta maaf padanya.

 

“Syukurlah kalau begitu. Aku pikir terjadi sesuatu denganmu.” Lanjutnya sambil menghela nafas lega.

 

“Aku sangat merindukanmu.” Katanya sambil memelukku.

 

“Aku juga.” Kataku hampir tak terdengar sambil membalas pelukannya.

 

Aku sangat menyesal telah membohonginya. Tapi aku tak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku juga merindukannya. Sebelumnya, hampir sepanjang waktuku ku habiskan dengannya. Setelah kejadian itu, rasanya hidupku terasa sangat berat. Hingga hari ini dia datang ke hadapanku, rasanya semua bebanku hilang dalam seketika.

 

“Hari ini aku akan mengosongkan jadwalku. Ayo kita jalan-jalan!” Tanpa menunggu jawabanku dia kembali menjalankan mobilnya.

 

Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, akhirnya kami sampai ke suatu tempat. Ternyata dia membawaku ke dormnya.

 

“Ayo, masuk. Aku harus minta izin ke manager dulu untuk tidak ikut latihan hari ini.” Katanya lalu membawaku masuk.

 

“Kau tunggu disini ya!” Pintanya.

 

Aku pun hanya bisa menurut dan duduk sambil menunggunya. Baru kali ini aku masuk ke dorm tempatnya tinggal. Tempat ini terlihat sangat bagus, aku rasa dia hidup dengan baik.

Belum selesai aku mengagumi ruangan yang kutempati, Kyu masuk dan menangkap kehadiranku.

 

“Apa yang kau lakukan?” Tanyanya dengan tatapan tajam.

 

“Kau masih mendekati hyung-ku?” Tanyanya lagi.

 

Aku hanya terdiam. Jika tutup telinga diizinkan, rasanya aku ingin melakukannya. Aku sedang tidak ingin berdebat saat ini. Kubiarkan dia mengeluarkan semuanya.

 

“Kuperingatkan, jika kau berpikir dengan mendekatinya hubungan kita bisa seperti dulu lagi, kau salah! Semua sudah berubah! Dan tidak seharusnya kau melibatkan orang yang tidak tahu apa-apa seperti dia!” Katanya masih dengan tatapan yang tajam.

 

Sontak aku terkejut, aku baru mengerti maksudnya. Aku baru menyadari, ternyata aku telah melibatkan Eunhyuk oppa yang tidak tahu apa-apa dalam hubunganku dengan Kyu. Tapi aku tidak peduli, karena sekarang dia lah yang berhasil memenangkan hatiku.

 

“Ya, kau benar. Awalnya aku pikir dengan berteman dengannya aku akan bisa lebih sering melihatmu dan bertemu denganmu. Bahkan aku berpikir dengan begitu hubungan kita bisa kembali seperti dulu lagi. Aku benar-benar bodoh!” Aku mulai membuka mulut.

 

Tapi, belum sempat aku melanjutkan kata-kataku seseorang dari arah lain ikut berbicara.

 

“Benarkah?” Katanya dengan suara yang sedikit bergetar karena marahnya.

 

Aku baru menyadari bahwa Eunhyuk oppa telah mendengarkan hampir semua percakapan kami.

“Benarkah itu?” Tanyanya lagi dengan nada sedikit lebih tinggi.

 

Aku tidak tahu harus bilang apa, tapi aku jelas harus mengatakan yang sebenarnya.

 

“Ya, benar.” Kataku memberanikan diri mengatakan yang sebenarnya.

 

“Tapi aku mulai menyadari bahwa…”

 

“Keluar!” Katanya dengan segala penekanan.

 

“Aku..”

 

“Keluar!” Kali ini dia tidak bisa menahan amarahnya.

 

Air mataku jatuh seolah tak sanggup melihat kemarahannya akibat kebodohanku.

 

“Oppa, kau harus dengarkan penjelasanku dulu!” Aku terus mencoba menjelaskan tapi sama sekali tidak diusiknya.

 

Kyu kemudian mencoba membawaku keluar agar tidak terjadi hal yang lebih buruk.

 

“Kyu, dia harus mendengarkan penjelasanku dulu!” Kataku tak terima ditarik keluar.

 

“Kyu aku mohon!” Kataku pada Kyu.

 

Akhirnya aku berada di luar dan tak bisa lagi melihat sosok Eunhyuk oppa. Aku terjongkok karena kakiku kehilangan tenaganya untuk menopang tubuhku. Air mataku terus mengalir, aku pun tak punya tenaga untuk menahannya agar tidak keluar. Aku terus menyesali semua, meskipun aku tahu itu tak bisa merubah apa pun.

 

Setelah aku sedikit demi sedikit aku bisa menenangkan diriku sendiri. Aku kemudian bertekat untuk tidak pulang sebelum dia mau mendengarkan penjelasanku. Aku berdiri di samping pintu agar tidak mengganggu orang lewat dan menunggunya sampai dia keluar.

 

“Nona, sebaiknya kau pulang dulu, ini sudah larut malam.” Sapa seorang keamanan padaku.

 

“Aku akan pulang setelah Eunhyuk oppa mendengar penjelasanku.” Jawabku.

 

“Dia mungkin sekarang sudah tidur.” Katanya.

 

“Kalau begitu aku akan tetap disini.” Jelasku.

 

Dia sedikit kecewa dengan jawabanku, tapi aku tidak peduli, aku akan terus berada disini.

 

Entah berapa lama aku berdiri, tapi jelas kakiku mulai merasa tidak nyaman dengan posisi ini. Lambungku yang belum sempat terisi lagi sejak sarapan tadi pagi juga mulai mengganguku. Tapi aku akan menahannya sampai aku tak mampu menahannya lagi.

 

Hari sudah mulai terang, aku sendiri tidak percaya aku bisa melakukan sejauh ini. Yang jelas aku pasti akan segera bertemu dengannya. Beberapa fans pun mulai berdatangan untuk mengunjungi mereka. Tidak sedikit dari mereka yang memperhatikanku, mungkin aku memang terlihat sangat berantakan.

 

“Nona, apa kau tidak ingin istirahat? Makanlah dulu!” Kata seorang penjaga yang kemarin menyapaku.

 

“Tidak, terima kasih.” Jawabku dengan hampir mengeluarkan semua tenagaku.

 

“Tapi mukamu pucat, nona.” Tambahnya.

 

“Aku baik-baik saja.” Kataku sedikit mengembangkan senyumku.

 

Kemudian perhatianku teralihkan pada gerombolan laki-laki yang keluar dari gedung diiringi teriakan histeris para gadis. Mereka keluar. Aku melihat Eunhyuk oppa dibalik tudung jaket putihnya sedang memakai masker dan kacamata. Dia berada di tengah-tengah member lain serta para manager. Aku mencoba menghadangnya, tapi aku tak mampu melakukan apa-apa. Tubuhku benar-benar tak bisa digerakkan. Tiba-tibatubuhku seperti melayang dan semua berubah menjadi hitam.

***

 

Aku terbangun dari tidurku. Aku tidak tahu kenapa aku malah tertidur di ruangan serba putih seperti ini. Kepalaku terasa pusing, tubuhku lemas, aku seperti tidak punya tenaga. Ku lihat jam menunjukkan jam sepuluh. Aku tidak seharusnya berada di sini. Aku benar-benar tidak ingin membiarkan masalah ini lebih lama lagi.

 

Tak ada seorang pun di sini. Aku memaksakan diri bangun dari tempat tidur ini. Aku rasa aku dibawa ke rumah sakit oleh seseorang. Entah siapa yang membawaku, aku sangat berterima kasih. Tapi saat ini aku harus menyelesaikan sesuatu.

 

Aku melepas infus yang terpasang di tanganku dengan paksa. Mencoba berdiri dengan dengan bersandar pada apa pun yang ada di sekitarku. Aku harus segera meninggalkan ruangan ini sebelum seseorang melihatnya. Aku mempercepat langkahku, meskipun nyatanya langkahku saat ini sama saja seperti langkah seekor kura-kura.

 

Kepalaku masih terasa berat, sangat sulit mengontrol langkahku saat ini. Nafasku hampir habis, padahal aku masih berada di depan ruanganku. Aku masih terus berjalan hingga seseorang menghentikan langkahku.

 

“Hei, bodoh!” Panggil seseorang.

 

Aku mengangkat kepalaku untuk melihatnya. Ternyata Eunhyuk oppa berada di depanku dengan pakaian yang masih sama dengan saat kulihat pagi tadi.

 

“Dengan kondisi seperti itu kau masih ingin pergi?” Lanjutnya.

 

“Oppa!” Bisikku.

 

Ku hamburkan langkahku agar tak ada ruang untuknya untuk lari. Tapi ternyata aku tak cukup kuat menopang tubuhku yang langsung ditangkap olehnya. Aku kemudian melingkarkan tanganku ke pinggangnya, berharap dia tidak pergi.

“Oppa, kumohon jangan pergi! Kau harus mendengarkan penjelasanku!” Kataku sambil tetap memeluknya,

 

Aku tidak tahu bagaimana reaksinya, tapi aku terus memohon padanya.

 

“Aku tidak akan pergi.” Jawabnya lembut, kemudian membalas pelukkanku.

 

Aku tersenyum lega, kemudian kehilangan keseimbangan dan semua kembali gelap.

 

–beberapa jam kemudian–

 

Aku kembali terbangun dari tidur panjangku. Tapi kali ini kepalaku sedikit lebih baik. Aku rasa karena aku tidur cukup lama, karena jam dinding menunjukkan angka tujuh. Kulihat tanganku kembali diinfus dan seseorang tertidur pulas di kursi sebelah tempat tidurku. Wajahnya sangat manis.

 

“Kau pasti lelah.” Kataku padanya.

 

Dia menggeliat dan terbangun dari tidurnya.

 

“Kau sudah sadar?” Tanyanya padaku yang memperhatikannya dari tadi.

 

“Kau benar-benar membuatku khawatir.” Katanya setelah memastikan aku benar-benar sadar.

 

“Maaf.” Kataku menyesal.

 

“Tidak. Sebelum kau sembuh dan keluar dari ruangan ini! Mengerti?” Jawabnya mengancamku.

 

Aku hanya tersenyum hampa melihatnya kembali bersikap seperti dulu. Ini membuat keadaan semakin membaik.

 

“Tunggu sebentar, aku akan menghubungi anggota yang lain. Mereka bilang, mereka ingin menjengukmu.” Kemudian dia mengambil ponselnya dan berdiri untuk meninggalkanku.

 

Belum sempat dia berdiri aku  langsung  menarik tangannya agar dia tetap tinggal. Aku rasa ini adalah waktu yang tepat untuk menyelasaikannya. Walau bagaimana pun tujuanku bertemu dengannya adalah untuk ini.

 

“Maafkan aku, karena melibatkanmu dalam hubunganku dengannya. Tapi, aku bersumpah bahwa aku tidak bermaksud menyakitimu.” Kataku mencoba menjelaskan semuanya tanpa berani menatapnya.

 

“Aku tidak tahu sejak kapan, aku selalu menunggu-nunggu pertemuan denganmu. Saat kau tak ada, entah kenapa otakku selalu mencoba memikirkanmu.” Kataku masih belum menatapnya.

 

Mungkin kali ini wajahku sudah berubah menjadi merah karena sangat malu. Aku sedikit menundukkan kapalaku agar tidak terlihat.

 

“Aku tidak peduli bagaimana dulu kau melihatku. Tapi yang ku tahu sekarang kau hanya akan memikirkanku.” Jawabnya.

 

Dia benar-benar membuat semua menjadi mudah bagiku. Kami pun saling bertukar pandang. Senyumnya terlihat sangat tulus.

 

“Aku tahu, mungkin aku bukan fansmu yang pertama. Tapi, aku berjanji akan menjadi fans terakhirmu.” Kataku meyakinkannya.

 

Kemudian dia mendekatkan wajahnya pada wajahku.

 

“Benarkah?” Dia mempertanyakan keseriusanku.

 

“Emm.” Kataku sambil menganggukkan kapalaku cepat.

 

Tapi, jarak kami semakin lama semakin dekat. Aku menjadi salah tingkah. Jantungku berdetak semakin kencang. Aku mencoba menenangkan diriku, tapi tidak bisa. Segera ku pejamkan mataku kencang-kencang agar tak ada kesempatan untuk melihat apa pun. Meskipun tak bisa melihat, tapi aku bisa merasakan bahwa wajahnya semakin dekat.

Ku tahan nafasku agar lebih tenang. Tapi tiba-tiba…

 

“Hyung! Aku datang!“ Teriak seorang namja dengan semangat.

 

Aku segera membuka mata agar dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ku lihat Kyu memasuki ruangan kami. Aku dan Eunhyuk oppa kemudian mengalihkan pandangan kami dan bersikap seolah tidak sedang terjadi apa-apa.

 

“Ya! Kyu! Kenapa kau tidak mengetuk pintu dulu sebelum masuk?” Kata Eunhyuk oppa menyembunyikan rasa malunya.

 

“Kenapa aku harus mengetuk pintu? Ini kan bukan ruanganmu!” Jawab Kyu tak mau disalahkan.

 

“Ah, kau ini! Mana yang lain?” Eunhyuk oppa mengalihkan pembicaraan.

 

“Sepertinya mereka sedang dikejar-kejar para fans.” Jawab Kyu tak peduli.

 

“Oia Hyung, Dokter bilang dia ingin bertemu denganmu.” Lanjunya.

 

“Baiklah. Rin jin, kau istirahatlah. Aku temui dokter dulu.” Kata Eunhyuk oppa sambil mengusap kepalaku.

 

“Kyu, kau temani dia di sini!” Pintahnya.

 

Kyu mengangguk setuju dan Eunhyuk oppa pun keluar meninggalkan kami. Kyu kemudian duduk di sampingku tempat Eunhyuk oppa duduk.

 

“Bagaimana kabarmu?” Tanya Kyu membuka pembicaraan.

 

“Tak pernah sebaik ini, Kyu. Bagaimana denganmu?” Kataku yang sudah lama tidak bicara seperti ini dengannya.

 

“Kau memang tak pernah berubah. Selalu melakukan hal bodoh!” Katanya tiba-tiba sambil tetap menatapku.

 

“Hah?” Dia membuatku kaget dengan kata-katanya.

 

“Apa kau tahu akibat dari perbuatan bodohmu itu?” Tanyanya.

 

Aku hanya diam dan membiarkan dia melanjutkan kata-katanya.

 

“Akibat perbuatan bodohmu mendaftarkanku audisi, kau menjauhkanku denganmu. Lalu kau datang lagi ke hadapanku, membuat aku ingin kembali padamu. Tapi kau mengumumkan hubunganmu dengan hyung-ku yang membuatku ingin menyakitimu. Lalu sekarang, kau membuat aku benar-benar tak punya kesempatan untuk berada di sisimu.” Jelasnya dengan tetap menatapku dalam.

 

Mataku terbelalak, tak percaya dengan apa yang keluar dari bibirnya. Apa mungkin dia masih mencintaiku? Lalu kenapa dia bersikap begitu? Aku masih tidak menanggapi perkataannya. Aku memutuskan untuk mendengar kelanjutannya.

 

“Ah, aku sangat iri dengan orang itu.” Dia mengalihkan pandangannya dan tersenyum getir.

 

“Meskipun dia tahu kau akan tersakiti jika terus bersama dengannya, tapi dia lebih memilih melindungimu dari dekat. Sedang aku, aku justru memilih untuk pergi dan memperhatikanmu dari jauh agar kau tidak tersakiti karenaku.” Katanya yang terdengar seperti penyesalan.

 

“Kyu?” Panggilku yang masih belum percaya dengan apa yang aku dengar.

 

“Rin jin-ah, jika dulu aku memintamu untuk menungguku, apa kau akan menungguku?” Dia kembali menatapku seolah meminta jawabanku.

 

Aku terdiam sejenak. Aku tidak tahu harus merasa senang atau sedih. Kenapa kau baru menanyakannya sekarang Kyu? Kenapa harus sekarang, setelah banyak hal terjadi?

 

“Entahlah, Kyu. Dalam menjalin sebuah hubungan harus ada rasa saling mempercayai. Satu orang saja tidak percaya, maka hubungan itu tidak akan bertahan lama.” Hanya itu yang bisa aku katakan.

 

Kami terdiam cukup lama, tenggelam pada pikiran kami masing-masing. Hingga seseorang membuka pintu dan menghamburkan lamunan kami.

 

“Rin jin-ah, Dokter bilang besok kau sudah boleh pulang.” Kata Eunhyuk oppa yang baru saja masuk ke ruangan.

 

“Jadi sekarang kau harus menghabiskan makananmu dan istirahat dengan baik.” Katanya yang kini sudah berdiri di sebelahku.

 

Aku hanya tersenyum dan menurut padanya.

“Hyung! Kau harus menjaganya dengan baik! Jika tidak, aku kan mengambilnya kembali darimu.” Kata Kyu tiba-tiba.

 

Sekali lagi Kyu membuatku kaget, aku tidak tahu apa yang dia pikirkan.

 

“Tenang saja, itu tak akan pernah terjadi.” Eunhyuk oppa tersenyum  menatapku.

 

“Sebaiknya kau segera mencari pasangan, Kyu!” Kata Eunhyuk oppa yang kini menatapnya mencoba mencairkan suasana.

 

“Kau harus mendapatkan yang lebih baik dariku, Kyu!” Tambahku.

 

“Ya. Tapi tidak ada yang lebih baik darimu, sayang.” Eunhyuk oppa kembali menatapku.

 

“Ya! Berarti aku tidak akan mendapatkan pasangan, begitu?” Protes Kyu.

 

Sontak kami tertawa mendengarnya.

 

“Kalau begitu, Rin jin-ah! Ku tunggu jandamu!” Balas Kyu.

 

“Ya! Jadi kau mendoakan kematianku?” Jawab Eunhyuk oppa tidak terima.

 

Suasananya berubah sangat cepat. Mereka pun terus berdebat hebat, tapi tentu saja dengan suasana yang berbeda. Aku sangat senang berada di tengah mereka. Aku berjanji akan menjaga suasana ini sampai kapan pun.

Pendakianku

20 May

Ini tentang pendakianku yang pertama kali ke Gunung Salak. Mungkin pendakian terlihat melelahkan dan menguras banyak uang, namun banyak sekali hal menarik yang ku alami dan sayang untuk ku simpan sendiri. Jadi aku bermaksud membagi pengalamanku saat mendaki gunung.

 

Saat itu aku sedang duduk di kelas dua Sekolah Menengah Atas di Tangerang Selatan. Aku mengikuti Ekskul Pecinta Alam di sana.Aku tertarik masuk ekskul tersebut karena kegiatannya menarik untuk diikuti. Untuk menjadi anggota tetap dan mendapat nomor anggota, kami harus melakukan pendakian terlebih dahulu. Dalam pendakian tersebut kami berlaku sebagai panitia sekaligus peserta. Sedangkan senior kami hanya mengawasi dan menilai kinerja kami.

 

Sebelum kami berangkat, kami harus merencanakan perjalanan kami agar semua berjalan dengan baik. Kami pun mempersiapkan konsep perjalanan agar selain mencapai puncak kami bisa belajar banyak di sana. Selain itu, kami juga harus mempersiapkan peralatan untuk pendakian. Saat mendaki, kami benar-benar berhadapan langsung dengan alam dalam waktu berhari-hari. Agar kami bisa bertahan, kami memerlukan bahan makanan, pakaian, tenda, kompas, peta dan barang-barang lain yang dapat mendukung pendakian kami. Kami juga harus mempersiapkan fisik kami agar tidak drop di tengah-tengah pendakian.

 

Semakin dekat, persiapan kami pun semakin matang. Kami pun berhasil mendapat izin dari pihak sekolah dengan catatan diluar dari jam sekolah. Karena itu kami memilih berangkat pada hari jumat setelah sekolah dan pulang pada hari minggu. Setelah selesai kegiatan sekolah, kami pun berangkat dengan ditemani dua orang guru sebagai pihak sekolah. Karena meskipun berada di luar sekolah, tapi kegiatan ini tetap menjadi tanggung jawab sekolah.

 

Kami pun memulai perjalanan kami dengan menyewa sebuah angkutan umum. Untuk sampai ke Gunung Salak, kami harus menaiki angkutan umum dua kali. Saat kami sampai di pertengahan dan harus mengganti angkutan kami, seorang  angkot menawarkan diri untuk mengantar kami. Kami pun menerimanya, dan orang itu kemudian pergi mengambil mobilnya. Tapi kemudian sebuah mobil angkot berhenti di depan kami. Tanpa banyak berpikir kami pun segera memasukkan barang-barang kami dan duduk di dalam untuk menuju ke puntu masuk Gunung Salak.

 

Saat mobil kami akan berangkat, supir tadi datang dengan mobilnya. Melihat kami sudah berada di dalam mobil, dia pun mulai mencaci supir kami. Dengan mengabaikan ocehan supir itu, mobil kami pun berjalan meninggalkannya. Saat perjalanan, aku benar-benar sangat asing dengan daerah yang ku lalui karena itu pertama kalinya bagiku. Tetapi tiba-tiba mobil kami berhenti di depan sebuah rumah dan supir kami pun masuk ke rumah itu. Setelah beberapa saat, supir kami keluar dengan sebuah golok di tangannya. Dia juga membawa seorang temannya untuk ikut ke dalam mobil. Aku yang kaget dengan apa yang ku lihat kemudian mencoba bertanya pada seniorku. Namun dia memilih untuk tidak membahasnya.

 

Perjalanan kami pun berlanjut meskipun aku masih bingung dengan situasi saat itu. Karena tujuan kami adalah gunung, maka kami pun memasuki jalanan menanjak. Saat memasuki jalan menanjak tersebut, supir tadi ternyata menyusul kami dengan ojek. Dia menyuruh supir kami untuk turun dari mobil. Kemudian supir kami pun langsung turun menjawab tantangan supir tadi. Dia meninggalkan mobilnya begitu saja tanpa menghentikannya terlebih dahulu. Kami yang berada di dalam pun panic karena mobil bergerak turun tanpa kemudi. Guru kami yang duduk di depan pun tidak mencoba untuk menghentikan mobilnya, dengan panik mereka mencoba membuka pintu mobil dan berusaha keluar.

 

Tapi kemudian teman dari supir kami yang sengaja diajak itu segera mengambil alih kemudian sebelum mobil kami hilang kendali. Dia pun segera membawa mobilnya ke pinggir dan kami segera turun untuk melihat apa yang terjadi dengan kedua supir itu. Ternyata mereka berdua berkelahi dengan berbagai jurus, bahkan supir kami akhirnya menggunakan golok yang di bawanya. Posisi kami cukup jauh dari tempat mereka berkelahi. Aku mencoba bertanya kepada guru kami untuk menghentikannya, tapi guru kami tak berani ikut campur karena ini bukan lagi daerah kami. Akhirnya kami hanya bisa menonton sampai penduduk sekitar melerainya dan mengamankannya.

 

Perjalanan kami pun kembali dilanjutkan, namun karena tanjakannya terlalu terjal beberapa orang harus turun agar mobil kami tetap bisa berjalan. Setelah sampai di pintu masuk gunung, kami segera menuju masjid untuk sholat maghrib. Dengan berbekal senter kami bersiap untuk mencari tempat landai agar dapat mendirikan tenda dan beristirahat. Setelah tenda didirikan kami pun makan malam dengan persediaan yang kami bawa. Kami pun tidak lupa melakukan evaluasi dan persiapan untuk perjalanan selanjunya sebelum pergi tidur.

 

Keesokan harinya, setelah sholat subuh dan sarapan, kami pergi ketempat lain untuk mengaplikasikan materi yang sudah kami pelajari. Yaitu mencari posisi kami pada peta. Namun karena langit saat itu berkabut, kami tidak bisa melakukannya dengan maksimal. Setelah selesai kami pun segera kembali ke perkemahan untuk packing dan melanjutkan perjalanan kami.

 

Perjalanan kami pun tak sepenuhnya mudah, kami juga menemukan yang mengharuskan kami memanjat. Untung sebelumnya sudah ada pendaki yang melewati jalan tersebut sehingga kami dapat menggunakan tali yang mereka pasang untuk memanjat dan melanjutkan perjalanan. Kami kembali membangun tenda kami untuk mempraktekkan materi selanjutnya. Kami kemudian pergi ke tempat lain untuk membuat bivak alami atau tenda alami dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar. Selagi yang lain membuat bivak aku diminta untuk membuat perapian. Tapi sekali lagi langit tidak mendukung karena hujan tiba-tiba turun dengan deras. Bivak yang sudah selesai dibuat hancur dan aku tidak berhasil membuat perapian.

 

Setelah hujan berhenti, kami pun kembali ke tenda dan bersih-bersih badan karena hujan tadi. Kami pun tidak menyia-nyiakan waktu ini, karena sejak kemarin kami belum sempat mandi da bersih-bersih. Setelah istirahat yang cukup, kami melanjutkan pendakian kami. Karena hujan, jalanan semakin licin dan berlumpur. Tapi kami harus berjalan dengan cepat karena hari semakin sore.

 

Sebelum kami naik ke puncak, kami kembali mendirikan tenda untuk menyimpan barang-barang kami. Karena jalan menuju puncak terlalu terjal, kami bermaksud untuk membawa barang-barang penting saja. Setelah menyiapkan perlengkapan, kami, para junior pun segera menuju puncak, sedang beberapa senior menjaga perkemahan beserta barang-barang lainnya.

 

Perjalanan ke puncak memang semakin terjal. Karena waktunya tidak begitu banyak, perjalanan kami ke puncak sedikit dipercepat. Meskipun dipercepat tapi tidak mengurangi pelajaran yang kami dapatkan. Kami mempelajari tumbuh-tumbuhan yang boleh dan tidak boleh dimakan. Tidak jarang kami menemukan binatang-binatang aneh.

 

Setelah perjalanan yang melelahkan kami akhirnya sampai puncak. Di sana sudah ada beberapa pendaki lain yang sedang menikmati pemandangan. Pemandangannya hampir sama dengan jalanan yang kami lewati tadi, banyak pepohonan dan sangat tinggi. Kami pun sholat ashar, lalu beristirahat dan makan untuk sekedar mengisi tenaga. Kami juga tidak lupa mengabadikan moment ini dengan foto.

 

Setelah merasa cukup, kami segera turun sebelum langit berubah gelap. Saat turun gunung kami diajak berlari, karena itu akan semakin cepat dan mudah. Tapi saat ditengah jalan hujan kembali turun. Kami tetap melanjutkan perjalanan agar bisa sampai tenda sebelum gelap. Karena saat jalan gelap, semua akan semakin sulit. Jalanan menjadi licin, tak jarang membuatku terjatuh. Meskipun begitu aku harus tetap berlari hingga kami sampai tenda.

 

Setelah sampai tenda, hujan sudah berhenti. Kami pun kembali membersihkan diri lalu istirahat untuk sholat dan makan. Setelah semua selesai, kami kembali mengevaluasi kegiatan kami seperti biasa. Setelah itu, kami pergi tidur agar besok bisa kembali menlanjutkan perjalanan untuk pulang.

 

Saat pagi datang kami sholat dan sarapan seperti biasa. Selesai sarapan kami segera membereskan barang-barang kami untuk segera turun gunung. Ini adalah hari terakhir kami di gunung. Saat kami sedang membereskan barang-barang kami, salah satu senior kami berlarian ke dalam perkemahan. Ternyata dia sedang dikejar-kejar tawon.

 

Belum sempat kami pergi, sekelompok tawon yang menyerangnya ikut menyerang kami yang juga berlarian karena kaget. Masing-masing dari kami sibuk menghalau tawon-tawon itu. Untungnya hampir seluruh badanku tertutup, jadi tak ada satu pun tawon yang berhasil menyengatku. Satu persatu dari kami akhirnya pergi ke warung yang ada tidak jauh dari perkemahan kami. Sambil bersembunyi kami membeli beberapa makanan dan ngobrol-ngobrol di sana.

 

Kami semua bersembunyi cukup lama hingga tawon-tawon itu benar-benar pergi. Setelah memastikan mereka tidak ada, kami kembali packing untuk kemudia turun gunung dan pulang. Saat turun gunung kami melewati kawah belerang dan berbagai tempat menarik lainnya. Setelah sampai di bawah kami kembali menyewa mobil angkot untuk kembali ke sekolah.

 

Saat di sekolah, kami kembali melakukan evaluasi. Saat semua berkumpul untuk melakukan evaluasi ternyata hampir semua orang mengalami pembengkakan di badannya karena peristiwa tawon tadi. Meskipun badan kami bengkak dan capek pada akhirnya, tapi kami merasa puas dengan perjalanan kami. Aku yakin perjalanan ini tak akan bisa dilupakan. Perjalanan ini terlalu berharga untuk dilupakan bukan?