Aku dan Heechul oppa pun berhenti di depan sebuah restoran yang terdesign baik. Hampir seharian ini aku habiskan waktuku bersama Heechul oppa di taman bermain. Dan sekarang perut kami sudah mulai merengek minta diisi. Heechul oppa pun mengajakku masuk ke dalam restoran.
“Oppa, apa tidak apa-apa kita makan disini? Sepertinya restoran ini sangat mahal.” Bisikku agak cemas.
Bukan apa-apa, aku hanya tidak ingin membuang-buang uang hanya untuk makan makanan mewah. Dan lagi aku tidak terbiasa makan dengan posisi yang bisa membuat badan pegal-pegal.
“Tidak apa. Ini restoran milik temanku. Ayo masuk!” Ajaknya.
Saat memasuki restoran kami pun disambut dengan hangat. Dan seorang dengan pakaian rapih yang bertuliskan kata Owner di dadanya terlihat agak kaget dan menghampiri kami.
“Heechul hyung!” Katanya kepada Heechul oppa.
“Ya! Yesung-shi, kau ada disini?” Kata Heechul oppa kaget.
“Ya, aku sedang memantau restoranku.” Jawabnya.
“Hei, siapa dia?” Tanya owner itu sambil melirikku.
“Ahh, kenalkan dia orang yg waktu itu ku ceritakan.” Jawabnya sambil memperkenalkanku.
Aku tak tau apa yang dia bicarakan tentangku pada orang ini. Aku harap dia membicarakan yang baik-baik tentangku. Karena kalau sampai dia membicarakan kejelekanku kepada orang lain, maka akan ku pastikan dia tak akan selamat.
“Oh, araeseo. Yesung, sahabat orang aneh ini.” Dia memperkenalkan dirinya sambil melemparkan senyum jahilnya pada Heechul oppa.
“Ya!!” Protes Heechul oppa tiba-tiba.
“A….” Belum sempat memperkenalkan diri, Heechul oppa sudah memotong.
“Sudah, kau cari tempat duduk dulu. Aku ada perlu dengan orang aneh ini.” Heechul oppa memutar badanku dan mendorongku menjauhi mereka.
“Hei, dia bahkan belum menyebutkan namanya.” Protes Yesung oppa.
“Sudah, nanti saja. Sana, cari tempat yang bagus!” Kata Heechul oppa sambil memberiku tanda untuk segera pergi.
“Aish~ kenapa sih dia?” Gerutuku sambil mencari meja yang kosong.
Tapi, hari ini sangat menyenangkan. Tidak biasanya dia membawaku jalan-jalan seharian. Nyatanya dia begitu sibuk, sampai-sampai untuk bertemu dengannya saja harus membuat janji. Apa-apaan itu? Tapi, itu tak penting lagi bagiku. Seharian ini kami sudah bersama. Membayangkannya saja membuatku tak bisa berhenti tersenyum.
Senyumku masih merekah karena memikirkan kebersamaanku dengan Heechul oppa tadi hingga terdengar suara seseorang memecahkan lamunanku.
“Kakak?” Seorang pria dengan setelan jas hitam menyapaku dengan akrab.
“Kyu! Sedang apa kau disini?” Tanyaku heran.
Kyuhyun adalah adik kelasku di SMA. Aku dan Kyu aktif di OSIS. Setelah aku lulus SMA hubunganku dan teman-teman SMA serta adik kelasku, termasuk Kyu, menjadi renggang. Tepatnya sudah setahun kami tidak berhubungan sama sekali. Apalagi melihat kebiasaan anak ini yang terus mengganti nomor teleponnya. Ini adalah pertama kalinya kami bertemu lagi sejak saat itu.
“Aku baru saja selesai makan. Kakak sendiri sedang apa?” Tanyanya sambil menarik bangku dan duduk didepanku.
“Kau pikir aku sedang apa, heh?” Jawabku agak sewot.
Hubunganku dengannya memang bisa dibilang dekat. Disekolah dulu, dia termasuk anak yang paling usil. Jadi melihat mukanya saja, rasanya aku ingin berdebat dengannya.
“Lama tak bertemu, kenapa tidak ada kabar?” Tanyanya.
“Akhir-akhir ini jadwalku padat, hahaa…” Jawabku asal.
“Hei! Lihat tubuhmu, kenapa jadi begitu gemuk?” Katanya sambil menampakkan senyum evilnya.
“Berisik! Coba lihat tubuhmu sendiri, kenapa begitu kurus?” Balasku tidak mau kalah.
“Wah… Ini kan kerenamu.” Jawabnya.
“Apa? Kenapa melimpahkan kesalahan padaku?” Tanyaku jengkel.
“Apa kau lupa? Ahh, apa kau ingin aku mengulanginya?” Katanya kembali menggodaku.
“Wah, sepertinya aku lupa. Sudahlah, itu kan sudah lama sekali.” Kataku, berusaha tidak membicarakan kejadian itu.
“Tapi, aku masih menunggu jawabanmu.” Katanya, terus mendesakku.
“Jawaban apa?” Tanya Heechul yang muncul dari belakangku. Sepertinya dia mendengar pembicaraan kami.
“Oppa? Sudah pesan?” Kataku mengalihkan pembicaraan.
“Siapa dia?” Tanya Heechul dengan agak sinis.
“Ahh, dia adik kelasku. Namanya Kyu.” Aku memperkenalkan Kyu padanya.
“Hai!” Sapa Kyu.
“Kyu, dia Heechul oppa.” Kataku pada Kyu.
Entah kenapa suasana jadi hening. Sepertinya mereka saling menatap. Aku sampai bingung harus bagaimana mencairkan suasana ini.
“Kyu, apa kau mau bergabung?” Tanyaku memecah kesunyian.
“Ahh, aku rasa aku harus pulang cepat. Lain kali saja kita teruskan, kak.” Kata Kyu sambil berdiri dari duduknya.
“Kau buru-buru?” Tanyaku.
“Oia, minta nomormu saja kak.” Tambahnya.
“Aku tak pernah ganti nomor. Tidak seperti seseorang.” Ejekku.
“Ahh, baiklah. Nanti ku telpon ya!” Katanya sambil lalu pergi.
“Huhh, dasar seenaknya!” Kataku melihat tingkahnya.
Kyuhun pun menjauh meninggalkan kami berdua. Saat ini perutku sudah mulai mengamuk, tapi makanan belum juga datang.
“Oppa, kau pesan apa tadi? Kenapa belum datang juga? Aku lapaar~” Tanyaku sambil memegang perutku yang kosong.
“Kita pulang saja!” Katanya ketus.
“Hah??” Aku tidak percaya dan berharap salah dengar.
Heechul oppa mengambil beberapa lembar uang dan diletakkannya di meja. Kemudian dia pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Aku yang panik segera mengambil tas dan menghampirinya. Bahkan dia tidak berpamitan dulu dengan sahabatnya. Aku hanya sempat menunduk dari jauh untuk berpamitan dengan Yesung oppa. Aku berusaha mengejarnya dan menyamakan langkahku dengannya.
“Oppa? Ada apa?” Tanyaku sambil mengatur nafasku yang terengah-engah.
Heechul oppa hanya diam dan tetap berjalan.
“Apa kau tidak enak badan?” Tanyaku khawatir.
“Sudahlah, kita pulang saja.” Jawabnya singkat.
“Apa kau lelah?” Tanyaku sekali lagi.
Kali ini dia tidak menjawabnya.
“Baiklah…” Kataku sambil tetap menyamakan langkah kakinya yang berjalan agak cepat.
Aku masih bingung apa yang sedang terjadi. Mungkin dia begitu lelah dan aku tak mungkin memaksanya. Seperti yang sudah kukatakan, seharian ini kami bermain dan kurasa dia pasti lelah. Tapi perutku sakit sekali, aku merasa sangat lapar. Apa dia tidak lapar? Terpaksa aku harus menunggu sampai di rumah.
Kruuuk…..krukk..
Aku berjalan agak pelan, berharap dia tidak mendengar suara perutku. Tapi suaranya begitu kencang dan suasananya sangat hening. Dia berhenti tiba-tiba, aku yg berjalan dibelakang malah menabraknya.
“Aduuh.. Kenapa tiba-tiba… Apa oppa sakit?” Kataku mendadak berantakan.
“Itu suara perutmu?” Tanyanya.
“Hmm, perut siapa? Apa bukan suara burung?” Jawabku panik.
Kruuuk…krruuk..kruukk..
Perutku kembali berbunyi dan aku tak bisa menyembunyikan itu. Jangankan burung, tikus pun tak nampak saat itu.
“Ahh, bunyi perutku ternyata.” Jawabku sambil tersenyum malu.
“Kau lapar?” Tanyanya sambil melihat perutku.
“Mungkin… Ahh, aku rasa begitu.” Aku tak bisa menyembunyikannya kalau aku benar-benar lapar.
“Dasar! Kita beli makanan dulu.” Ajaknya.
Kami pun pergi ke swalayan dan membeli beberapa bungkus mie instan. Kami lalu pergi ke rumah Heechul oppa. Dia bilang dia sedang sendiri, ayah dan ibunya sedang tidak ada di rumah. Mereka sedang berkunjung ke rumah neneknya dan tidak tahu kapan mereka akan pulang.
“Sini oppa, biar aku yang masak.” Sambil meminta kantong belanjaannya.
“Sudah, kau duduk saja yang manis!” Katanya sambil berjalan ke arah dapur.
“Memang kau bisa masak?” Ledekku.
“Hei, jangan meledekku ya!” katanya membela diri.
“Hei Oppa, apa kau meninggalkan masakan restoran itu hanya untuk mie instan ini?” Kataku heran sambil melihat mukanya yang terlihat agak bingung dan bolak-balik membaca petunjuknya.
“Jangan salah ya, masakanku lebih enak dari masakan di restoran mana pun.” Jawabnya dengan penuh percaya diri.
“Ahh, benarkah?” Kataku tidak percaya.
“Berisik! Bersihkan meja sana!” Katanya kesal.
“Iya.. iyaa..” Aku pun menuruti katanya.
Sambil membereskan meja, sesekali aku memperhatikannya. Wah, pemandangan apa ini? Heechul oppa memasak! Ini pemandangan yang sangat langka. Aku sempat mengambil beberapa fotonya. Dia terlihat begitu manis.
“Taraaa…. Ini dia mie buatan Heechul yg paling enak..” Sambil menghidangkan dua mangkok mie layaknya koki handal.
“Wah, sudah jadi. Aku benar-benar lapar…” Kataku tak sabar.
“Jangan lupa baca doa!” Heechul oppa mengingatkanku.
“Semoga makanan ini tidak beracun.” Kataku dengan cepat.
“Hei, doa macam apa itu!” Heechul oppa terkejut mendengar doaku.
“Hahaa, bercanda!” Sahutku sambil kemudian memejamkan mata dan berdoa.
“Nah, silahkan dimakan.” Katanya bangga.
“Oppa, apa ini? Lihat, mienya terlalu lembek!” Aku langsung mengomentari masakannya.
“Ahh, benarkah? Padahal hanya aku masak sebentar.” Katanya tidak percaya.
“Ahahaa, dasar! Lihat, ini seperti Legenda Sungai Han.” Ledekku yang melihat ekspresinya yang lucu.
“Ini kan pertama kalinya aku memasak.” Dia mencoba membela diri.
“Kau sama saja dengan Kyu! Dulu dia juga memasak seperti ini.” Kataku sambil tertawa kecil.
Heechul oppa diam dan suasananya tiba-tiba berubah. Dia segera berdiri dan pergi meninggalkan meja makan.
“Aku keluar dulu.” Katanya sambil menuju pintu.
“Kemana?” Tanyaku cepat.
“Beli makanan.” Jawabnya.
“Lalu ini bagaimana?” Tanyaku dengan suara yang lebih keras.
“Buang saja!” Katanya ketus.
Aku merasa bersalah telah mengejek-ejek masakannya. Dengan cepat aku mengejarnya sambil membawa mangkok berisi makananku yang masih panas.
“Oppa, tunggu dulu! Aku tidak perlu makanan lain, ini saja sudah cukup.” Kataku sambil berlari mengejarnya keluar.
“Sudahlah jangan memaksakan diri.” Katanya sambil tetap berjalan.
“Tidak, aku tidak ingin makanan lain. Ini saja… aduuh!” Belum selesai bicara mangkok yang kubawa hampir jatuh.
“Hei, berikan padaku. Ini masih panas, kenapa kau bawa-bawa keluar?” Katanya sambil mengambil mangkok panas yang kupegang.
“Habis, aku sangat lapar. Dan aku tidak ingin yang lain.” Rengekku kepada Heechul oppa
“Tapi…” Heechul oppa merasa tidak yakin.
“Rasanya tetap enak kok!” Tambahku.
“Yasudah, makanlah! Tapi jangan memaksakan diri!” Sekali lagi dia menurutiku.
“Tidak. Ini benar-benar enak!” aku meyakinkannya.
Kruukk..kruuuuuk.. kkkruk..
Suara itu tiba-tiba muncul saat aku mau menyendok mie yang ku bawa keluar.
“Oppa, kau lapar?” Tanyaku polos.
“Hmm…. Iya.” Jawabnya dengan muka memerah.
“Aku tak akan memberikannya padamu!” Kataku memberikan peringatan.
“Ya! Aku juga mau. Itu kan buatanku!” Jawabnya tidak mau kalah.
“Tapi kau sudah memberikannya padaku!” Kataku sambil tetap pada keputusanku.
“Berbagilah denganku!” Rengeknya.
“Tidak!!” Kataku mempermainkannya.
Akhirnya kami pun memakannya bersama-sama. Dalam sekejap, mie kami pun habis tak bersisa. Dan hari itu menjadi hari yang sangat membahagiakan untukku.
***
Tidak terasa sudah pagi. Tapi rasanya mataku sangat berat. Lagipula hari ini aku kan masuk siang, sepertinya aku masih bisa melanjutkan tidurku sebentar. Tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Ahh, aku tahu betul siapa yg datang. Dia pasti Nita, teman sekelasku. Hari ini giliran dia yang menjemputku.
“Wah, coba lihat tuan putri kita yang satu ini. Dia masih tertidur di ranjang!” Ejek Nita saat melihatku masih bermalas-malasan di tempat tidur.
“Ahh, cepat sekali kau datang? Beri aku waktu lima menit, OK?” Kataku dengan suara berat.
Aku langsung menarik selimut dan membelakanginya. Dan dia pun segera mengambil selimutku.
“Cepat bangun!” Katanya kesal.
“Memang apa yang kau lakukan tadi malam? Seharian kemarin tak satu pun smsku kau balas!” Lanjutnya.
“Ahh Nita, kau tahu?” Kataku dengan semangat penuh dan langsung duduk menghadapnya. Nita pun sontak kaget dengan perubahanku yang begitu cepat.
“Seharian kemarin aku terus bersama Heechul! Sekarang pun aku masih tidak percaya itu terjadi.” Lanjutku sambil merekahkan senyum lebar.
“Wah, semangat sekali kau?” Decaknya heran.
“Kalau begitu cepat mandi sebelum kau kembali mengantuk!” Dia pun tak mau melewatkan kesempatan ini dan menyuruhku bersiap-siap sebelum aku merubah moodku.
“Ahh, baik… baik…” Jawabku malas.
Diperjalanan aku terus membicarakan kisahku dan Heechul oppa kemarin. Nita memang mengetahui kalau aku menyukai Heechul oppa. Jika aku bertemu Heechul oppa, dialah orang pertama yang aku ceritakan. Meskipun kadang dia bosan mendengar ceritaku tapi dia tetap bersedia mendengarkannya.
“Iya, kemarin itu dia sangat perhatian!” Kataku begitu senang.
“Putri, Selamat ya! Kita pasti dukung kamu kok!” Ucap Ami memecah lamunaku.
“Hahh?? Dukung apa? Aku gak lagi ikut kompetisi kok.” Kataku sedikit bingung.
“Loh, kamu kan jadi kandidat Ketua BEM!” Lanjutnya.
“Apa??” Kataku kaget.
“Iya, coba liat aja di madding.” Kata Ami sambil menunjuk kerumunan orang.
“Makasi ya, Mi!” Kataku cepat sambil lalu.
Aku segera pergi melihat mading yang sedang dikerumuni banyak orang. Dan disana benar tertempel foto dan biodataku sebagai kandidat Ketua BEM mendatang. Mereka yang berkumpul disana, semua memberiku selamat. Aku hanya bisa tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
Kandidat Ketua BEM kali ini ada tiga orang. Selain aku, ada dua orang yang lain, yaitu Sungmin dan Siwon. Sungmin adalah teman SMA ku. Aku tahu betul seperti apa sifatnya. Aku rasa dia layak menjadi Ketua BEM. Selain pintar dan rajin, dia memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Dan yang paling penting, dia sangat aktif di BEM.
Kandidat lainnya, yaitu Siwon. Dia terkenal di kalangan para wanita. Aku rasa dia hanya menjual tampang. Untuk masalah nilai dan kepedulian sosial, dia berada di bawahku. Tapi untuk masalah Fashion dan teknologi, tak ada yang mampu mengalahkannya.
Nah, dibanding mereka, aku sama sekali tidak ada kelebihan apapun. Paling yang bisa mendongkrak namaku adalah Leeteuk oppa. Ya, dia adalah kakakku yang sebelumnya berhasil menjadi Ketua BEM di kampus ini. Entah, harus bersyukur atau tidak.
“Nita, kayaknya kita mesti protes deh.” Aku mulai pembicaraan sambil berjalan ke arah kelas.
“Apa sih yang mereka pikirkan? Memasukkan namaku dalam tiga kandidat Ketua BEM?” Lanjutku tak percaya.
“Yaudah, untuk urusan dukungan kita minta tolong aja sama anak sekelas.” Timpal Nita.
“Ya! Bukan itu masalahnya!” Kataku kesal.
Seorang pria dari arah berlawanan dengan setelan kaos putih dan jeans biru dengan tas selempang menyela pembicaraanku dengan Nita.
“Wah, Senang sekali bisa bersaing dengan rival secantik ini.” Katanya sambil merebakan senyuman mautnya.
Pria ini adalah Siwon, kandidat Ketua BEM lain selain aku.
“Wah, Presidennya para wanita. Senang bisa bertemu disini.” Kataku yang juga menampilkan senyuman yang tak kalah manis darinya.
“Kau terlalu memuji. Kalau begitu aku harap kau dan temanmu bersedia mendukungku di pemilihan nanti.” Pintanya sambil menebar pesonanya di depan kami.
“Dengan senang hati, jika kau dan teman sekelasmu bersedia mendukungku tentunya.” Balasku dengan senyum yang mematikan.
“Sepertinya ini akan menjadi persaingan sengit kita berdua.” Tambahnya.
Lalu Dia pun berjalan menjauhi kami dan bergabung dengan temannya.
“Jangan harap!” Gerutuku sambil melihatnya sinis.
“Sepertinya kau berlebihan.” Bela Nita.
“Ehh? Kenapa?” Tanyaku bingung.
“Aku rasa dia tak seburuk yang kau kira.” Tambahnya.
“Benarkah? Atau…..” Kataku sambil meliriknya dan tersenyum evil.
“Apa? Kenapa melihatku seperti itu?” Tanyanya curiga.
“Hmp… Sudahlah, kau tak bisa membohongiku! Kau menyukainya kan?” Tebakku asal.
“Bagaimana kau tahu?” Jawabnya kaget.
“Tuh tertulis di kepalamu!” Ledekku sambil tertawa menang.
“Putriii….!!” Teriaknya sambil mengejarku yang menjauh.
***
“Hei pemalas, ayo bangun! Ayah dan Ibu menunggumu di meja makan.” Suara Leeteuk oppa membangunkanku.
“Hah?! Gawat, aku tertidur! Iya, aku segera datang.” Jawabku pada Leeteuk oppa yang telah keluar dari kamarku.
Pulang kuliah tadi, aku segera mengerjakan tugas-tugasku. Tapi, sepertinya tugasku lebih banyak ku selesaikan di dalam mimpi. Hah, malam ini aku harus segera menyelesaikannya. Setelah mengganti baju, aku segera menyusul kakakku ke meja makan.
“Lihat Yah, jam segini dia malah tertidur!” Sindir Leeteuk oppa yang sudah berkutik dengan makanannya.
“Aku sedang mengerjakan tugas tau!” Kataku membela diri dan duduk di kursi yang biasa aku duduki.
“Sejak kapan tugas bisa dikerjakan dalam mimpi?” Katanya sewot.
“Sudah, sudah.. Mau makan kok kalian malah bertengkar sih?” Lerai Ibuku.
“Kakak yang mulai tuh, bu.” Kataku mencari pembelaan.
“Tugasnya sudah selesai?” Tanya Ayah padaku.
“Belum, yah. Malam ini juga pasti selesai kok.” Kataku meyakinkannya.
“Huh, sangat berbeda denganku!” Kata Leeteuk oppa menyombongkan diri.
“Biar!” Sambutku kesal.
“Ah oppa, kau menaruh namaku menjadi kandidat Ketua BEM ya?” Tambahku yang tiba-tiba teringat insiden di kampus tadi.
“Hmm…” Jawabnya seadanya.
“Apa-apaan itu? Kenapa harus aku?” Kataku agak emosi.
“Bagus dong. Kakak dulu juga Ketua BEM kan?” Timpal ibuku.
“Tapi kan, bukan berarti aku juga harus jadi Ketua BEM, bu.” Kataku mengelak.
“Tapi kamu kan bisa tanya sama kakakmu.” Lanjut ibuku.
“Ahh, ibuu.. Aku tidak mau.” Rengekku.
“Lihat yah, dia sangat manja.” Adu Leeteuk oppa ke Ayahku
“Sudah, kamu turuti saja kakakmu. Itu bisa jadi pelajaran kamu di masa depan.” Kata Ayah mendukung kakakku.
“Ayah, tapi dia terlalu banyak ikut campur.” Kataku menyerah.
Kami pun melanjutkan makan sambil diselingi cerita ayah yang juga sempat jadi ketua komunitas di kampusnya. Seperti biasa, ayah dan ibu juga tidak lupa menanyakan kegiatan kami masing-masing selama mereka tidak didekat kami. Kami juga sering sekedar berbagi cerita saat berkumpul di meja makan. Karena saat itulah kami berkumbul bersama.
Setelah selesai makan malam, aku pun segera kembali ke kamar untuk menyelesaikan tugasku. Sambil membereskan buku-buku dan kertas-kertas fotocopy-an, aku jadi teringat kelakuan Kakakku. Aku terus menggerutu sendiri. Ayah dan Ibu selalu begitu, mereka tidak pernah membelaku. Leeteuk oppa juga benar-benar keterlaluan, aku bahkan tidak diberi tahu sebelumnya.
Jam di dinding menunjukan jam sepuluh, tapi aku belum merasa mengantuk karena aku tertidur saat mengerjakan tugasku tadi sore. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Ketika ku lihat, ternyata sebelumnya ada 6 misscall dari nomor yang tak dikenal dan satu sms.
SMS: Apa kau sudah tidur?
Aku sama sekali tidak tahu nomor itu. Sengaja aku abaikan karena aku tidak ingin bermasalah dengan orang-orang aneh. Tiba-tiba ponselku kembali berbunyi. Kali ini dia menelpon.
“Halo?” Kataku.
“Hei, harus berapa kali aku menelponmu?” Kata orang yang ada di seberang sana dengan nada kesal.
“Kyu?” Tebakku.
“Memang kau pikir siapa?” Katanya masih kesal.
“Aku pikir hantu! Siapa suruh kamu terus mengganti nomor?” Aku pun ikut kesal.
“Ahh, aku lupa memberi tahumu. Aku ini cukup terkenal di kalangan para gadis, jadi aku sering mengganti nomorku untuk menghindari mereka.” Jawabnya sombong.
“Aku tak peduli! Ada apa kau menelpon malam-malam begini?” Tanyaku malas.
“Hei, kita kan tidak pernah bertemu lagi semenjak kau lulus sekolah.” Katanya basa-basi.
“Tapi kemarin kita baru saja bertemu, bukan?” Jawabku heran
“Ahh, tapi itu kan cuma sebentar. Lagipula kau bersama siapa waktu itu?” Tanyanya.
“Heechul oppa?” Jawabku singkat.
“Ya, sepertinya dia tak suka padaku. Apa dia pacarmu?” Tanyanya penasaran
“Kalo iya kenapa?” Kataku asal saja.
“Hmm, berarti dia bukan ya?” Simpulnya.
“Huhh, menyebalkan!” Kataku kesal.
“Yaudah, kita ketemuan aja.” Usulku.
“Wah, kau mengajakku kencan?” Ledeknya.
“YA! Kau ini benar-benar!” aku benar-benar kesal.
“Hahaa, aku bercanda. Bagaimana kalo besok kau ku jemput di kampus?” Lanjutnya.
“Ya, terserah.” Tanda aku setuju.
“Kau belum tidur?” Sambungku.
“Aku sedang main game!” Jawabnya santai.
“Issh, kau tidak punya kerjaan lain ya? Jangan ganggu waktu tidurmu dan istirahatlah.” Kataku yang tahu kebiasaanya main game itu.
“Ara~, kau terdengar seperti nenekku.” Ejeknya.
“Ya! Kau akan sangat menyesal bertemu denganku nanti.” Aku berusaha mengingatkannya.
“Sudah ya, kau harus tidur nyenyak dan bangun dengan baik besok. Daah..” Katanya cepat.
Tuut… tutt… tuuutt…
Telpon pun terputus dengan cepat.
“Aish~ anak ini.” Kataku yang sudah mengenal sifat usilnya.
***
Waktu pulang pun tiba. Nita memilih pulang cepat karena dia ingin segera istirahat di rumah. Sedang aku menunggu Kyu yang berjanji menjemputku di kampus. Pagi ini terpaksa aku meminta Nita menjemputku. Harusnya sih hari ini aku yang menjemputnya, tapi dia bisa memaklumiku. Dia memang teman yang baik. Sekedar tahu saja, persahabatan kami sudah hampir sepuluh tahun. Dia adalah teman sebangku ku waktu kelas 3 SD. Meskipun SMA kami berbeda, tapi persahabatan kami tidak terputus begitu saja.
Selagi menunggu aku melihat kerumunan aneh. Aku berusaha mengabaikannya, tapi rasa penasaranku sepertinya lebih besar.
“Hei Siwon! Sebenarnya apa maksudmu mengikuti pemilihan Ketua BEM ini?” Terdengar suara Sungmin begitu keras.
Ternyata dia sedang berada di depan Siwon dan teman-temannya yang sedang berkumpul mengambil hati para wanita di kampus ini.
“Wah, apa kau terganggu?” Tanya Siwon santai.
“Jangan bercanda! Dengan ilmu yang sedikit kau mencoba untuk menjadi Ketua BEM? Kau pikir mudah menjadi pemimpin? Ini adalah tanggung jawab besar! Lihat, kau sama sekali tidak berkompeten! Kau hanya mementingkan fashion, style, tapi tidak dengan ilmu pengetahuan. Akan kau bawa kemana mereka?” Kata Sungmin terbawa emosi.
Aku melihat Sungmin berteriak-teriak kepada Siwon. Aku sendiri sebenarnya tidak begitu tau apa yang sedang terjadi. Tapi aku tidak bisa membiarkan ini terjadi terlalu jauh. Aku pun mulai angkat bicara.
“Sungmin! Apa-apaan ini?” Tanyaku sambil membuka kerumunan sehingga berhadapan dengan Sungmin dan Siwon.
“Maaf Put, tapi aku tidak bisa menerima jika dia masuk sebagai kandidat Ketua BEM. Dia tidak kompeten untuk itu!” Katanya masih terbawa emosi.
“Memang kenapa jika dia tidak kompeten? Memang kenapa jika dia tidak punya bakat? Apa salah jika dia mau mencoba? Setiap manusia punya minat dan bakat. Jika itu sejalan, maka itu akan menjadi kekuatan. Berbeda dengan kalian yang memiliki bakat dan minat yang sejalan, kalian tidak perlu membuktikan apa pun karena mereka percaya. Tapi kami yang tidak mengetahui bakat kami, apa salah jika kami memilih merealisasikan apa yang kami minati? Apa salah jika kami ingin sukses, sama seperti kalian? Apa salah jika kami mencoba dan berusaha untuk sukses? Lalu bagai mana dengan mu? Apa dengan sikap seperti ini kamu bisa memimpin kami? Kau bahkan tidak membiarkan kami mencoba dan berusaha.” Kataku panjang lebar.
Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku. Aku benar-benar tidak bisa berfikir lagi. Aku segera pergi dari kerumunan itu dan menarik tangan Siwon, berharap kejadian ini tidak akan berlanjut.
Aku duduk terpaku sambil menyesali perbuatanku tadi. Siwon, mungkin dia bingung kenapa aku harus menariknya dan membawanya ke taman belakang. Aku mulai meneteskan air mata. Aku benar-benar tidak bermaksud berbicara sekasar itu ke Sungmin. Tapi itu sudah terjadi, aku tak tau harus bagaimana.
“Ini, pakailah sapu tanganku!” katanya sambil mengulurkan sapu tangannya.
Aku mengambilnya dan mulai menenangkan pikiranku.
“Apa yang ku lakukan? Tidak seharusnya aku berkata sekasar padanya. Kau tahu? Dia adalah anak yang baik, pintar dan sangat peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Aku tidak tahu kenapa ini bisa terjadi. Jadi, tolong, jangan berprasangka buruk padanya!” Kataku lirih
Air mataku pun kembali menetes dan menjadi semakin deras. Menyadari Siwon ada disampingku, aku kembali berusaha menenangkan pikiranku. Hingga suara ponselku berbunyi. Kyu menelponku beberapa kali, aku hampir saja melupakannya. Sepertinya dia sudah datang dari satu jam yang lalu. Aku tak mungkin mengangkatnya dan berbicara dengan suara parau seperti ini.
“Sepertinya aku harus segera pergi..” Kataku sambil berdiri dari dudukku.
“Oia, satu lagi.” Tambahku sambil mengentikan langkahku dan tetap membelakanginya.
“Tolong rahasiakan ini!” Pintaku kepada Siwon.
Aku pun segera pergi, aku tak berani menoleh kebelakang. Aku yakin, pasti dia sedang melihatku sambil tertawa. Aku juga harus mengapus air mataku. Aku tak ingin sampai Kyu melihatku menangis.
Setelah sampai di depan gerbang, aku tak melihat sosok Kyu. Aku segera menyamarkan mata dan mukaku yg sembab dengan bedak. Tak lama kemudian, terdengar bunyi klakson mobil yang terparkir tak jauh dari ku. Ternyata Kyu berada di dalamnya. Aku segera menghampirinya.
“Kenapa telponku tidak diangkat?” Tanyanya saat aku masuk ke dalam mobilnya.
“Aku sibuk.”Jawabku datar.
“Aku menunggumu lebih dari sejam, tahu?” Katanya sedikit kesal.
“Kenapa kau tidak langsung pulang saja?” Tanyaku.
“Aku sudah janji, tak mungkin aku ingkar janji.” Katanya tak ingin mencari ribut denganku.
“Hei, apa tadi kau berdandan untukku?” Ledeknya sambil memasang tampang usilnya.
“Kita pakai mobil ini? Apa kau sudah cukup umur mengendarai ini?” Aku mencoba mengganti topik.
“Wah, kakak ini sangat pandai mengalihkan pembicaraan.” Katanya usil.
“Tentu saja. Aku punya surat-surat lengkap.” Lanjutnya.
“Mana, kulihat!” Pintaku.
“Aku tak mau berurusan dengan polisi hanya karenamu!” Kataku sambil menatap tajam ke arahnya.
Dia pun mengeluarkan surat-suratnya yang ada di dompetnya. Aku mengambil dompet dari tangannya dan memeriksanya.
Tapi, tak ku sangka, ada foto SMA ku terpajang disana. Anak ini memang playboy. Dia pasti sengaja memasang fotoku karena sekarang dia akan pergi denganku. Pasti dia melakukannya pada setiap wanita yang ia ajak jalan.
Aku pun segera mengambil fotoku meskipun agak sulit karena sudah menepel dengan dompetnya. Aku rasa dia tidak akan membutuhkannya lagi. Setelah selesai, aku segera mengembalikan dompetnya.
“Lalu, mau makan dimana kita?” Tanyaku.
“Tadinya aku berpikir untuk langsung pergi makan. Tapi, bolehkan kalau kita mampir ke game center dulu?” Pintanya.
“Dasar maniak game!” Ejekku.
Dan Kyu pun segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang sedang. Di jalan, kami berbincang-bincang seperti biasa. Sesampainya di game center kami berdua memainkan semua permainan. Sejenak itu bisa membuatku lupa dengan kejadian di kampus tadi. Setelah puas bermain, rasa lapar menyerang kami. Jam sudah menunjukkan jam setengah sembilan malam. Kami segera mencari makan sebelum semua toko benar-benar tutup.
“Wah.. Boneka monyet ini lucu sekali, sama sepertimu.” Kataku sambil memperhatikan boneka yang kami dapat saat bermain tadi.
“Ya! Jangan samakan aku dengannya!” Katanya kesal sambil menyelesaikan makannya.
“Hahaa, mukamu lucu sekali.” Kataku sambil menertawakan ekspresinya.
“Nah, gitu dong. Kamu lebih cantik jika tertawa.” Katanya tiba-tiba.
“Eh? Maksudnya?” Kataku tak mengerti.
“Berbagilah denganku. Jika terjadi sesuatu ceritakanlah padaku.” Katanya sambil menatapku dalam.
Aku terdiam sesaat. Sudah ku duga dia bisa membacanya. Aku hanya tidak ingin membuatnya khawatir dan merusak acara hari ini.
“Hei, kau tahu? Boneka itu bisa bicara loh.” Katanya mencairkan suasana.
“Eh, benarkah?” Tanyaku penasaran dan mengamati boneka yang ku pegang.
“Ya, coba saja kau tekan hidungnya.” Katanya.
Aku tidak percaya karena boneka itu terlihat seperti boneka biasa. Tapi aku penasaran, lalu aku mengikuti katanya. Aku menekan hidung boneka monyet itu.
“I love you.” Katanya dengan mengubah suaranya seperti suara boneka.
Aku terdiam sesaat. Ternyata bukan boneka itu yang bersuara tapi Kyu lah yang berkata dengan menirukan suaranya seolah-olah boneka. Aku kaget. Aku sempat bingung menghadapinya. Tapi aku memilih untuk tidak menanggapinya dengan serius.
“Ahh, jelek sekali suara boneka ini.” Ejekku.
“Hei, kenapa kau malah menanggapi hal yang tidak penting?” Tanyanya kesal.
“Hmm…tapi bagus juga.” Kataku sambil memeluk boneka yang ada di tanganku.
Dia hanya tersenyum melihat tingkahku. Aku sangat berterima kasih padanya. Dia masih seperti dulu, selalu bersedia menghiburku.
***
“Hei, mau tidur sampe kapan?” Kata Leeteuk oppa membangunkanku.
“Hmm…” Jawabku malas sambil membenarkan posisi tidurku.
“Ayo ikut!” Ajak Leeteuk oppa.
“Kemana?” Tanyaku heran.
“Udah ikut aja. Ditunggu di bawah ya!” Katanya tanpa basa-basi.
Ternyata hari ini ada acara baksos ke suatu desa. Dan di sana sudah ada Heechul oppa, Sungmin, Siwon, Nita dan anak-anak kampus lainnya. Hah?? Bagaimana aku bisa tidak tahu apa pun? Ini semua karena Leeteuk oppa, dia seenaknya saja mendaftarkan aku dan tidak memberi tahu ku apa pun.
“Hei, sedang apa kamu disitu?” Sapa Nita.
“Kenapa kamu bisa disini?” Tanyaku bingung.
“Lho, hari ini kan memang ada baksos.” Dia ikut bingung karena aku tidak tahu.
“Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja aku dibawa ke sini dan aku melihat kalian semua.” Kataku kesal.
“Benarkah? Aku pikir kamu tahu.” Katanya merasa bersalah.
“Ahh, aku benar-benar seperti robot.” Kataku semakin kesal.
“Yasudah, kau kan sudah ada di sini.” Hibur Nita.
“Terus kita ngapain sekarang?” Tanyaku asal.
“Hei, kamu masih tidur ya??” Kata Nita sambil menepuk-nepuk pipiku.
“Ahahaa, aku bercanda.” Aku merubah moodku.
Tiba-tiba Heechul oppa datang.
“Hei, kok kalian masih disini?” Tanyanya.
“Iya. Mana Leeteuk oppa? Dia itu benar-benar!” Kataku sambil mengepalkan tanganku.
“Dia sudah di lapangan bersama yang lain. Kenapa?” Tanyanya heran.
“Dia sama sekali tidak memberi tahu ku tentang baksos ini.” Kataku mengadu.
“Tapi kau ini kan kandidat Ketua BEM. Kenapa bisa tidak tahu?” dia semakin bingung.
“Huuh, ceritanya panjang.” Kataku pasrah.
“Oppa, kenapa disini? Bukan sedang sibuk mengurus skripsi?” Lanjutku.
“Ya, hari ini aku sengaja datang. Tidak ada salahnya kan, mungkin aku bisa dapat sesuatu di sini.” Katanya.
“Wah, senangnya. Aku pikir tidak mungkin bertemu dengan oppa lagi.” Kataku senang.
Heechul oppa pun hanya tersenyum mendengar kataku. Kami pun melakukan bakti sosial. Di sana kami menjual barang-barang bekas yang kami kumpulkan dengan harga miring dan hasilnya akan kami berikan kembali kepada mereka. Kami pun bersosialisasi dengan warga sekitar dan mencoba membantu mereka dengan membersihkan lingkungannya bersama-sama. Sebenarnya itu juga salah satu penilaian untuk menjadi Ketua BEM.
Kulihat Sungmin tidak mengalami kesulitan menghadapi warga. Seperti biasa, dia bisa bersosialisasi dengan baik. Sesekali kami berpapasan, tapi kami hanya senyum kecil. Kejadian itu membuat hubungan kami agak renggang.
Di sisi lain kulihat Siwon hanya berdiri melihat keadaan. Sepertinya dia masih belum terbiasa dengan situasi ini.
“Hei, kau pikir mereka akan datang dan minta kau membantunya?” Godaku.
“Eh?” Dia baru menyadari keberadaanku.
“Kamu kesini itu untuk dengan suka rela membantu mereka.” Jelasku.
“Ah, aku tak tau harus apa.” Katanya polos.
“Huhh, kau ini.” Kataku bingung menghadapinya.
“Hei, kau sudah tidak apa-apa?” Katanya sambil melihatku.
“Tidak, tapi sepertinya kami perlu bicara. Aku tidak terbiasa dengan ini.” Kataku sambil melihat Sungmin yang sedang asik bersosialisasi.
“Maaf ya.” Katanya tiba-tiba.
“Kenapa?” Tanyaku.
“Itu semua karena aku.” Katanya menyesal.
“Jangan sok penting!” Ledekku.
“Ini urusan kami, tidak ada hubungannya denganmu!” Lanjutku.
“Wah, kau berbeda dengan yang aku lihat kemarin.” Ejeknya.
“Apa yang kau bicarakan?” Kataku bingung.
“Tapi, kau tahu? Wajahmu saat menangis itu sangat manis.” Dia mengejekku dan tersenyum menyebalkan.
“Siapa yang menangis?” Kata seseorang yang muncul di belakang kami.
Heechul oppa benar-benar mengagetkan kami.
“Oppa? Sejak kapan kau disini?” Tanyaku kaget.
“Kamu sedang apa disini?” Tanyanya ketus.
“A..Aku hanya memberitahunya… karena dari tadi dia berdiri saja di sini.” Jawabku agak tersendat-sendat.
“Lalu akhirnya kalian tidak bekerja apa-apa?” Katanya sambil melemparkan tatapan tajam kepada kami.
“Ahh, kami segera pergi. Ayo Siwon!” Ajakku pada siwon yang hanya berdiri saja.
Aku menarik tangan Siwon untuk kedua kalinya dan bergerak menjauhi Heechul oppa. Jika aku biarkan dia di sana, tak jamin dia tidak akan membongkar rahasiaku.
“Huft.. Hampir saja.” Kataku menghela nafas.
“Kau senang sekali menarik-narik tangan orang ya?” Ejeknya sambil memegang tangannya yang tadi ku pegang sedikit keras.
“Maaf, maaf. Salah sendiri, aku kan sudah memperingatkan padamu.” Kataku tak mau kalah.
Tiba-tiba seorang warga datang sambil berteriak dengan tangan berlumuran darah.
“Toloong..! Toloong.. !” Teriak seorang ibu yang tangannya berlumuran darah.
“Ada apa bu?” Tanyaku panik.
“Haris, nak… Haris.. jatuh dari tangga… Darahnya banyak sekali.” Katanya tersenggal-senggal.
Kami pun segera mendatangi tempat dimana Haris jatuh. Semua anak berkumpul melihat keadaanya. Sepertinya kepalanya terbentur batu dan mengakibatkan pendarahan yang cukup banyak. Aku tak sanggup melihatnya.
“Dimana Rumah Sakit terdekat?” Leeteuk oppa mencoba bertanya kepada yang lain.
“Aku tahu, aku sempat melihatnya saat perjalanan ke desa ini.” Kata Sungmin dengan cepat.
“Yasudah, Aku dan Sungmin akan membawa Haris ke Rumah Sakit terdekat. Yang lain, selesaikan tugas kalian massing-masing.” Pintah Leeteuk oppa.
“Hati-hatilah. Biar aku yang ambil bagian disini.” Kata Heechul oppa.
“Ya. Tolong ya.” Leeteuk oppa mempercayai Heechul oppa.
“Kalian, kembalilah bekerja.” Kata Heechul oppa kepada anak-anak yang lain.
Semua anak pun kembali ke tempatnya masing-masing. Meskipun khawatir tapi mereka mempercayakan Haris pada Leeteuk oppa dan Sungmin.
Setelah semua selesai kami pun istirahat. Dan kami masih menunggu kabar dari Leeteuk oppa dan Sungmin tentang keadaan Haris. Kami berharap tidak akan terjadi apa-apa pada haris. Aku menjauh dari rombongan yang sedang istirahat. Aku ingin mengetahui kabar Haris, tapi aku takut menelpon Leeteuk oppa. Aku tak mau membuatnya semakin pusing karena aku sudah mengiriminya SMS berkali-kali. Aku sangat khawatir. Aku terus memandangi ponselku, berharap mereka member kabar pada kami.
“Sudah, kita tunggu kabar dari Leeteuk saja dulu.” Heechul oppa kembali mengagetkanku.
“Ahh, iya. Tapi, apa dia akan baik-baik saja?” Tanyaku tak bisa menyembunyikan rasa khawatirku.
“Ya, berdoalah.” Heechul oppa mencoba menenangkanku.
Tidak lama kemudian ponselku bordering. Ternyata itu adalah SMS dari Leeteuk oppa.
SMS: Haris baik-baik saja. Kami segera kembali.
Melihat itu, aku merasa senang. Aku lalu memberitahu Heechul oppa yang berada di sampingku.
“Ini dari Leeteuk oppa. Dia segera kembali! Untunglah Haris baik-baik saja.” Kataku hampir menangis.
“Syukurlah. Kau harus menyambutnya dengan senyum.” Kata Heechul oppa.
“Iya~” Kataku sambil meneteskan air mata.
Leeteuk oppa dan Sungmin pun kembali bersama Haris. Dia terlihat sedikit lesu tapi keadaannya membaik. Kami semua menyambutnya dengan sangat gembira. Setelah semua selesai kami segera membereskan barang-barang kami dan pamit pulang. Mereka pun tidak lupa mengucapkan terima kasih pada kami. Meskipun hanya sehari kami sangat menikmati kegiatan kami hari ini.
***
Minggu ini aku cukup sibuk dengan tugas-tugas kuliahku dan beberapa kegiatan promosi sebagai calon Ketua BEM. Hari ini saja aku baru sampai rumah jam 7 malam.
“Aku pulang!” Kataku yang langsung merobohkan tubuhku se sofa.
“Kau baru pulang?” Tanya Leeteuk oppa yang sedang membuat minum di dapur.
“Ya. Ahh, lelahnya~” Kataku lemas.
“Jangan manja! Baru begitu saja sudah mengeluh.” Kata Leeteuk oppa ketus.
“Huuhh, enak saja. Ini kan gara-gara oppa. Seenaknya mengajukkan namaku menjadi calon Ketua BEM.” Kataku sambil menyipitkan mataku ke arahnya.
“Kau harus banyak belajar biar seperti kakakmu ini.” Katanya bangga.
“Aku jadi penasaran, kenapa oppa sengaja mengajukan namaku menjadi calon Ketua BEM?” Tanyaku penasaran.
“Oh, aku hanya kasihan melihat kehidupanmu yang membosankan.” Jawabnya datar.
“Apa?!” Aku terkejut.
“Seenaknya saja kau mempermainkan kehidupanku!!” Lanjutku.
“Sudahlah, jalani saja. Menyenangkan bukan?” Ledeknya sambil memainkan matanya dan menyeruput minumannya.
“Oppa…” Aku hanya bisa pasrah dipermainkan seperti ini.
“Oia, Katanya Jumat ini Eunhyuk masuk final lomba dance. Datang dan berilah dia semangat.” Pinta Leeteuk oppa.
“Benarkah? Wah, Eunhyuk memang keren.” Kataku sangat senang, sampai-sampai aku lupa kalau tadi aku hampir tak bisa bergerak karena kehabisan tenaga.
“Sampaikan salamku padanya. Aku masih harus mengerjakan skripsiku.” Lanjutnya sambil berjalan kembali ke kamarnya
“Baiklah.” Kataku setuju.
Hari Jumat pun datang. Aku segera menuju tempat Eunhyuk dengan membawa satu bouquet bunga sebagai penyemangat. Sebenarnya sih untuk memberinya selamat, karena aku yakin pasti dia yang akan menang. Meskipun tidak begitu ganteng, sepupuku yang satu ini memang jagonya nge-dance. Aku adalah fans pertamanya. Karena aku sering sekali merekam dan mendokumentasikan acara-acara yang dia hadiri. Dan tentu saja aku tidak akan melewatkan acara penting ini. Aku tidak lupa membawa handycam untuk merekamnya. Aku juga mengajak Nita karena dia sangat penasaran dengan ceritaku.
Sesampainya disana, kami mencari tempat perlombaan. Tidak sulit memang, karena banyak sekali yang menyaksiannya. Kami segera menuju tempat yang paling bagus untuk mengambil gambar. Dan tibalah saat Eunhyuk beserta dua temannya tampil. Seperti yang sudah kuduga, penampilannya sangat memukau. Mereka pun berhasil mendapatkan Juara pertama. Semua penonton memberikan tepuk tangan yang meriah untuk mereka.
Setelah acaranya selesai, aku mencarinya di belakang panggung. Dan menemukan mereka sedang berbahagia dan bersorak-sorai atas keberhasilannya.
“Eunhyuk oppa!” Panggilku sambil berlari ke pelukannya.
“Putri!” Panggilnya kaget.
“Oppa, kau sungguh hebat. Seperti biasa kau keren sekali.” Kataku sambil memberikan satu bouquet bunga padanya.
“Ahh, terima kasih. Kau merekamnya?” Tanyanya.
“Tentu saja. Aku tak akan melewatkan momen ini.” Sambil memperlihatkan handycam yang kubawa.
“Hei, mana Leeteuk Hyung?” Saat menyadari tak ada Leeteuk oppa di sekitar kami.
“Dia sedang sibuk mengurus skripsinya.” Jawabku.
“Oh. Lalu dengan siapa kamu kesini?” Tanyanya.
“Sama temanku. Dia Nita.” Kataku sambil memperkenalkan Nita padanya.
“Eunhyuk.” Eunhyuk memperkenalkan diri.
“Halo. Kau keren sekali tadi.” Puji Nita sambil berjabat tangan dengan Eunhyuk.
“Wah.. Eunhyuk, kenapa mukamu jadi merah begitu?” Ledekku.
“Berisik!” Katanya salah tingkah.
“Hei Hyuk, siapa gadis-gadis cantik ini?” Kata seorang pria dari belakangku.
“Ya, kenalkan pada kami.” Temannya yang lebih gemuk menambahinya.
“Ini Putri, sepupuku. Dan yang ini temannya, Nita.” Eunhyuk memperkenalkan kami kepada mereka.
“Halo..” Sapaku dan Nita bersamaan.
“Mereka Donghae dan Shindong.” Kata Eunhyuk.
Ternyata mereka orang yang berada di panggung bersama eunhyuk tadi.
“Selamat ya, kalian hebat!” Kataku memuji penampilannya tadi.
“Wah, terima kasih. Dipuji gadis manis begini aku jadi malu.” Ucap Donghae.
“Hei, dia sepupuku. Jangan macam-macam!” Eunhyuk memperingatkan temannya.
“Iya, aku tahu.” Katanya sedikit kecewa.
Kami pun hanya tertawa melihat mereka.
“Hei, bagaimana kalau mereka juga ikut kita merayakan kemenangan ini?” Kata Shindong yang tubuhnya lebih gemuk dari yang lain.
“Iya, semakin banyak orang kan semakin seru.” Tambah Donghae.
“Kalian tunggu sebentar ya. Kami mau ganti baju dulu. Kalian harus ikut merayakan kemenangan kami!” Kata eunhyuk agak mengancam.
Setelah selesai ganti baju, kami menuju restoran korea untuk merayakan kemenangan Eunhyuk, Donghae dan Shindong. Kami pun menjadi semakin akrab.
“Aku senang sekali kalian bisa datang melihat penampilan kami.” Kata Eunhyuk senang.
“Ya. Kalau saja aku tahu kalian akan datang menonton, aku akan tampil lebih baik darinya.” Kata Donghae sambil melirik Eunhyuk.
“Kau tak akan bisa mengalahkanku, Donghae!” Kata Eunhyuk sambil menampilkan senyum khasnya yang memperlihatkan gusinya.
“Hei, aku kan yang menciptakan koreografinya!” Tambah Shindong tak mau kalah.
Aku dan Nita pun lagi-lagi hanya bisa tertawa melihat tingkah mereka. Semua terlihat sangat senang. Berada di tengah orang-orang seperti mereka aku rasa kami berdua akan benar-benar gila. Mereka tak hentinya membuat kami tertawa.
“Putri, kau benar-benar sepupunya?” Tanya Donghae sambil menunjuk ke arah Eunhyuk.
“Kenapa?” Tanya Eunhyuk sewot.
“Tapi kenapa kalian sangat berbeda ya? Kamu cantik, tapi kenapa Dia tidak ganteng?” Ledeknya.
“Hei! kita ini kan sepupu, bukan saudara kandung.” Katanya kesal.
“Kasihan, Kau pasti menderita menjadi saudaranya?” Tambah Shindong yang tak mau kehilangan kesempatan mencela Eunhyuk.
“Ya! Kalian itu sebenarnya teman bukan sih?” Eunhyuk mulai memprotes.
“Tidak” Jawabku.
“Tapi sepertinya kalian lebih menderita, karena kalian terus bersamanya setiap hari” Tambahku.
“Putri ya! Kenapa Kau juga mengikuti jejak mereka?” Tanya Eunhyuk heran.
“Nita, kau harus memihakku!” Ancam Eunhyuk yang mencoba mencari teman.
Nita pun mengggeleng tanda dia memihakku dan Eunhyuk semakin tersudut. Semua tertawa mendengar aku yang sepupunya dan Nita ikut mencelanya.
Tak terasa hari ini berlalu dengan sangat cepat. Kami pun harus segera pulang sebelum hari menjadi semakin larut.
“Hei, Besok kan kami akan tampil di acara puncak. Kalian harus datang ya!” Ajak Shindong sebelum kami benar-benar berpisah.
“Ya, kalian harus datang dan merekam penampilan kami!” Kata Donghae menambahkan.
“Iya, tenang saja.” Kataku setuju.
“Katakan juga pada Leeteuk hyung untuk datang. Kalau tidak persaudaraan kita putus!” Ancam Eunhyuk.
“Iya. Dia akan ku seret jika tidak mau!” Tambahku.
“Nita, kau juga datang kan?” Tanya Eunhyuk Ke Nita.
“Tentu saja aku tidak mau ketinggalan.” Jawab Nita.
“Bawakan hadiah untukku.” Pinta Donghae dengan muka polos yang membuat kami tak bisa menolak permintaannya.
“Bawakan juga makanan untukku.” Tambah Shindong.
“Baiklah. Sebagai gantinya kalian harus tampil lebih baik dari penampilan yang tadi!” Kataku.
“Siaap!!” Jawab Eunhyuk, Donghae dan Shindong bersamaan
bagaiman kelanjutannya?? tunggu ya 🙂